POLEMIK KARYA MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB



||| POLEMIK KARYA MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB |||
Ahkam at-Tamanni al-Maut dikenal sebagai kitab karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab (pengasas Wahhabiyah). Akan tetapi ini di tolak oleh kalangan Wahhabiyah sebagai karangan syaikh mereka. Mereka mengatakan bahwa kitab tersebut adalah karangan orang lain yang di salin oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan tulisan tangannya pada rihlah nya untuk memerika dan meneliti kandungannya. Salah satu tokoh Wahhabi bahkan menulis risalah khusus sebagai penolakan sebagai nisbat kitab tersebut kepada Muhammad bin Abdul Wahab. [1] Sedangkan tokoh Wahhabi lainnya menshahihkan dan menerimanya sebagai karya Muhammad bin Abdul Wahab berdasarkan penelitian (tahqiq) mereka atas kitab tersebut dan salinannya [771/86] berada di Maktabah As-Su’udiyyah di Riyadl. [2] Belakangan disebut-sebut juga bahwa tokoh Wahhabiyah yang telah melakukan tahqiq dan menshahihkan kitab tersebut, telah ruju’ dan ikut menolaknya menurut kalangan Wahhabiyah.
Apapun polemik tersebut, berikut diantara redaksi menarik dalam kitab tersebut ;
أخرج ابن عبد البر عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "ما من أحد يمر بقبر أخيه المؤمن - كان يعرفه في الدنيا - فيسلم عليه، إلا عرفه ورد عليه السلام" صححه عبد الحق، وفي الباب عن أبي هريرة وعائشة
"Ibnu 'Abdil Barr meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : "Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda : "tidak seorang pun yang berjalan di qubur saudaranya yang mukmin -yang dikenalnya ketika didunia, kemudian ia memberi salam atasnya, kecuali ia mengetahuinya dan membalas salam kepadanya". Abdul Haq menshahihkannya, dan didalam sebuah bab dari Abu Hurairah dan 'Aisyah". [3]
Pada halaman berikutnya :
وأخرج سعد الزنجاني عن أبي هريرة مرفوعا: "من دخل المقابر ثم قرأ فاتحة الكتاب، وقل هو الله أحد، وألهاكم التكاثر، ثم قال: إني جعلت ثواب ما قرأت من كلامك لأهل المقابر من المؤمنين والمؤمنات، كانوا شفعاء له إلى الله تعالى". وأخرج عبد العزيز صاحب الخلال بسنده عن أنس مرفوعا: "من دخل المقابر، فقرأ سورة يس، خفف الله عنهم، وكان له بعدد من فيها حسنات".
“Sa’ad az-Zanjani telah meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu : “barangsiapa yang masuk area pekuburan, kemudian membaca Fatihatul Kitab (surah al-Fatihah), Qul huwallahu Ahad (al-Ikhlas) dan Alhaakumut Takatsur (at-Takatsur), kemudian berkata : sesungguhnya aku menjadikan pahala apa yang aku baca dari firman-Mu (al-Qur’an) ini untuk penghuni pekuburan  yang mukminin maupun mukminaat”, maka mereka menjadi penolongnya kepada Allah Ta’alaa”. Abdul ‘Aziz shahibul Khalal meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Anas secara marfu : “barangsiapa yang masuk area pekuburan, kemudian membaca surah Yasiin, niscaya Allah akan akan meringakan siksa dari mereka, dan kebaikan bagi pembacanya sebanyak penghuni qubur tersebut”. [4]
MUHAMMAD BIN IBRAHIM BIN ABDUL LATHIF (ALU ASY-SYAIKH) |||
Merupakan keturunan (cucu) dari Muhammad bin Abdul Wahab. Didalam kitabnya, beliau tidak menyetujui pembacaan al-Qur’an untuk orang mati namun beliau menyetujui bahwa orang lain yang membaca al-Qur’an untuk orang yang menjelang mati adalah perkara masyru’ :
القراءة على الميت سواء كان في المسجد أو عند القبر أو في البيت ثم عمل طعام بعد الختمة وبعد الوفاة بثلاثة أيام يوزع على الفقراء من الأمور المبتدعة. وأما القراءة المشروعة فهي ما كان قبل الموت وعند الاحتضار كقراءة سورة "يس" أو " الفاتحة" أو " تبارك" أو غير ذلك من كتاب الله
“Membaca al-Qur’an untuk mayyit sama saja baik di masjid, atau disamping kubur atau di rumah, kemudian membuat makanan setelah khataman dan setelah wafatnya mayyit selama 3 hari untuk dibagikan kepada orang-orang faqir maka itu termasuk perkara bid’ah, adapun membaca al-Qur’an yang masyru’ adalah sebelum meninggal dunia dan disamping orang yang menjelang mati seperti membaca Yasiin atau surah al-Fatihah atau Tabarak atau surah-surah al-Qur’an lainnya
 ||| KOMISI FATWA KERAJAAN BANI SAUD |||
Lajnah Daimah atau lengkapnya al-Lajnah ad-Daimah lil-Buhuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’ merupakan komisi fatwa kerajaan Arab Saudi, semacam “MUI” yang ada di Indonesia. Terkait pembacaan al-Qur’an untuk orang mati, Lajnah ad-Daimah dalam berbagai fatwanya tidak menyetuji amalan tersebut dan menyatakan tidak sampai. Diantaranya adalah sebuah jawaban dari pertanyaan ke-3 dari fatwa no. 2634  yang anggotanya Syaikh Abdullah Qu’ud, Syaikh Abdur Razaq sebagai wakil ketua dan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz sebagai ketua.
ج3: أولا: إذا قرأ إنسان قرآنا ووهب ثوابه للميت فالصحيح أنه لا يصل إليه ثواب القراءة؛ لأنها ليست من عمله، وقد قال تعالى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىوإنما هي من عمل الحي، وثواب عمله له، ولا يملك أن يهب ثواب قراءة لغيره
“Jawaban : apabila seorang manusia membaca al-Qur’an dan memberikan pahalanya untuk orang mati, maka yang shahih sesungguhnya pahala bacaan al-Qur’an itu tidak sampai, karena bukan amalnya, dan sungguh Allah telah berfirman {dan sungguh tiada bagi manusia kecuali apa yang di usahakannya} sebab itu termasuk amal orang yang hidup dan pahala amalnya baginya, pahala bacaan al-Qur’annya tidak bisa dimiliki oleh orang lain”.

CATATAN KAKI :
[1] Adalah Shalih bin Fauzan al-Fauzan al-Wahhabi yang mengarang risalah khusus sebagai pentuk penolakan dengan berjudul
إبطال نسبة كتاب ‏"‏أحكام تمني الموت‏"‏ إلى الشيخ الإمام محمد بن عبد الوهاب
Ibthaal Nisbati Kitaab “Ahkaami Tamanni Al-Maut” Ilaa Asy Syaikh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab. Selain itu ada juga  tokoh Wahhabi lainnya seperti Hasan Alu Salman, Abdul ‘Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abdul Muhsin bin Hamma al-‘Abbad al-Bard, Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki dan lain sebagainya.
[2] Tokoh Wahhabiyah yang telah menshahihkannya kitab tersebut sebagai karya Muhammad bin Abdul Wahab adalah Abdullah bin Muhammad As-Sarhan dan Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin.
[3] Lihat : Ahkam at-Tamanni al-Maut hal. 46.
[4] Lihat : Ibid hal. 75.

Posting Komentar

Harap berkomentar yang bisa mendidik dan menambah ilmu kepada kami

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler