Bursa Efek



Bursa Efek (pusat perdagangan surat-surat berharga dr perusahaan umum; )
Hasil Bahts Masail PWNU Jatim 1989 di PP. Zainul Hasan Genggong
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi pemerintah.
Pertanyaan:
Bagaimana kedudukan mu’amalah dalam bursa efek dan kaitannya dengan zakat?
Jawaban:
Setelah melakukan pembahasan dengan seksama maka mu’tamar Nahdlatul Ulama ke 28 berpendapat bahwa: ternyata muamalah dalam bursa efek (pasar modal) itu terdapat praktik gharar (penipuan).
Dasar Pengambilan Hukum:

1. Mauhibah Dzi al-Fadl, Juz IV, Hlm. 29
قَالَ وَتَرْجِيْحُ الْجِهَةِ اْلأُوْلَى هُوَ اْلأَوْلَى ِلأَنَّهُ يَعْلَمُ بِالضَّرُوْرَةِ اَنَّ الْمَقْصُوْدَ عِنْدَ الْمُتَعَاقِدَيْنِ اِنَّمَا هُوَ الْقَدْرُ الْمَعْلُوْمُ مِمَّا تَضَمَّنَتْهُ اْلأَوْرَاقُ لاَ ذَوَاتُهَا اِلَى اَنْ قَالَ يَتَثَبَّتُوْنَ بِمَا صَدَرَ مِنَ الْفُحْشِ الْمَذْكُوْرِ اهـ
"Mengunggulkan sisi yang pertama itulah yang lebih utama. Karena secara otomatis bisa diketahui bahwa yang dikehendaki muta’akidain adalah hanya kira kira nilai yang sudah terkadung dalam kertas, bukan dztnya kertas".
2. Kifayatu al-Akhyar, Juz I, Hlm. 240
وَقَدْ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ e عَنْ بَيْعِ الْغَرَرِ، وَبَيْعُ شَيْئٍ مَوْصُوْفٍ فِى الذِّمَّةِ فَجَائِزٌ وَبَيْعُ عَيْنٍ غَائِبَةٍ لَمْ تُشَاهَدْ فَلاَ يَجُوْزُ الْبَيْعُ اِنْ كَانَ سَلَمًا فَسَيَأْتِىْ وَاِنْ كَانَ عَلَى عَيْنٍ غَائِبَةٍ لَمْ يَرَهَا الْمُشْتَرِى وَلاَ الْبَائِعُ اَوْ لَمْ يَرَهَا اَحَدُ الْمُتَعَاقِدَيْنِ. وَفِى مَعْنَى الْغَائِبَةِ الْحَاضِرَةُ الَّتِى لَمْ تُرَ، وَفِىْ صِحَّةِ بَيْعِ ذَلِكَ قَوْلاَنِ: اَحَدُهُمَا وَنَصَّ عَلَيْهِ فِى الْقَدِيْمِ وَالْجَدِيْدِ اَنَّهُ لاَ يَصِحُّ، وَبِهِ قَالَ اْلأَئِمَّةُ الثَّلاَثَةُ وَطَائِفَةٌ مِنْ اَئِمَّتِنَا، وَاَفْتَوْا بِهِ مِنْهُمُ الْبَغَوِىُّ وَالرُّوْيَانِىُّ قَالَ النَّوَوِىُّ فِى شَرْحِ الْمُهَذَّبِ: وَهَذَا الْقَوْلُ قَالَهُ جُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَاللهُ اَعْلَمُ. قُلْتُ وَنَقَلَهُ الْمَاوَرْدِىُّ عَنْ جُمْهُوْرِ اَصْحَابِنَا قَالَ: وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِىُّ فِى سِتَّةِ مَوَاضِعَ وَاحْتَجُّوْا لَهُ بِحَدِيْثٍ اِلاَّ اَنَّهُ ضَعِيْفٌ ضَعَّفَهُ الدَّارُقُطْنِىُّ وَالْبَيْهَقِىُّ وَاللهُ اَعْلَمُ وَالْجَدِيْدُ اْلأَظْهَرُ وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِىُّ فِى سِتَّةِ مَوَاضِعَ اَنَّهُ لاَ يَصِحُّ ِلأَنَّهُ غَرَرٌ
"Rasulullah Saw telah melarang jual beli yang penuh dengan penipuan. Menjual sesuatu yang ciri cirinya disifati dalam tanggungan itu hukumnya boleh. Menjual sesuatu yang tidak bisa dilihat itu tidak boleh. Jika berupa akad pesan maka keterangannya nanti akan datang. Baik benda yang tidak bisa dilihat oleh mustari, ba’I’ atau salah satu dari keduanya. Searti dengan benda benda yang belum ada yaitu benda benda yang sudah ada tetapi tidak bisa dilihat. Dalam keabsahan jual beli di atas ada dua qaul; salah satunya sebagaimana nash dalam qaul qadim dan jadid adalah sesungguhnya hal itu tidak sah. Pendapat ini juga diucapkan oleh Imam Madzhab yang tiga dan sekelompok Imam dari golongan Syafi’iyyah diantaranya adalah Imam Baghowi dan ImamRauyany. Berkata an Nawawy dalam syarah Muhadzab qaul diatas adalah qaul dari mayoritas Ulama’ di kalangan Sahabat dan Tabi’in. Imam Mawardi mengutip pendapat dari kalangan ulama Syafi'iyyah, beliau berkata: Imam Syafi'I telah menjelaskannya dalam 6 bab, dan para pengikut Imam Syafi'i memperkuatkannya dengan sebuah hadis dlaif, yang dinilai dlaif oleh al-Daruquthni dan al-Baihaqi. Sementara dalam qaul jadid, sebagaimana yang dijelaskan Imam Syafi'i dalam 6 bab, adalah tidak sah karena ada unsur penipun".


Posting Komentar

Harap berkomentar yang bisa mendidik dan menambah ilmu kepada kami

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler