(Hibah; Present)
1. MEMBERI UANG PADA PENGAMEN
Yang namanya pengamen,
di negara kita bisa dikatakan banyak sekali. Biasanya yang menjadi sasaran
empuk mereka adalah tempat-tempat yang ramai seperti jalan raya, stasiun,
alun-alun, dan tempat-tempat lain. Bus kota
atau kereta api juga tidak luput dari incaran mereka. Dalam menjalankan
aksinya, mereka tidak segan-segan membentak atau menyakiti orang yang tidak
bersedia memberi uang. Apa hukum memberi uang pada para pengamen tersebut?
Jawab:
Diperinci;
@ Tidak
boleh, jika mempunyai dugaan kuat bahwa pengamen tersebut akan menggunakan
pemberiannya untuk maksiat.
@ Hukumnya
boleh, bila takut disakiti oleh pengamen. Sedangkan pengamen haram menerimanya, karena pemberian tersebut dilakukan dengan terpaksa.
@ Boleh,
jika memberinya dengan kerelaan hati dan tidak ada dugaan bahwa pemberiannya
akan digunakan maksiat.
Referensi:
&
حاشية البجيرمي على الخطيب - الجزء 3
صـ : 302 مكتبة دار الفكر
وَقَوْلُهُ وَإِنْ جَازَ لَهُ أَخْذُهَا وَمَحَلُّ
جَوَازِ أَخْذِهِ إذَا كَانَ مَا يَأْخُذُهُ هُوَ الَّذِي جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ بِخِلافِ
مَا لَوْ قَالَ لَهُ لا أَكْتُبُهَا بَلْ حَتَّى تُعْطِيَنِي كَذَا وَكَذَا
زِيَادَةً عَلَى مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ فَإِنَّهُ يَحْرُمُ وَلا يَجُوزُ لَهُ
الأَخْذُ وَأَمَّا صَاحِبُ الْوَرَقَةِ فَيَجُوزُ لَهُ الإِعْطَاءُ وَلَوْ كَانَ
زِيَادَةً عَلَى مَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ لِحَاجَتِهِ وَاضْطِرَارِهِ إلَى
ذَلِكَ كَمَا يَجُوزُ الإِعْطَاءُ لِلشَّاعِرِ خَوْفًا مِنْ هَجْوِهِ اهـ
&
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 6
صحـ : 296 مكتبة دار إحياء التراث العربي
وَيَحْرُمُ الإِهْدَاءُ لِمَنْ يُظَنُّ فِيهِ صَرْفُهَا
فِي مَعْصِيَةٍ اهـ
2. CARA MENGALOKASIKAN DANA
PEMBERIAN
Waktu
Kang Santri berpamitan kepada kerabatnya untuk berangkat ke pondok pesantren,
ia diberi sejumlah uang sebagai tambahan uang saku. Kerabatnya berkata
“Terimalah pemberian ini buat beli rokok”. Apakah Kang Santri wajib menggunakan
uang tersebut untuk beli rokok?
Jawab: Jika uangkapan itu hanya basa-basi dari sang kerabat, maka tidak wajib
(ia bebas menggunakannya).
Referensi:
&
روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء 2 صحـ : 271 مكتبة
الشاملة الإصدار الثاني
اَلتَّاسِعَةُ أَعْطَاهُ دِرْهَماً وَقَالَ اُدْخُلْ
بِهِ الْحَمَّامَ أَوْ دَرَاهِمَ وَقَالَ اِشْتَرْ بِهَا لِنَفْسِكَ عَمَامَةً
وَنَحْوَ ذَلِكَ فَفِي فَتَاوَى الْقَفَّالِ أَنَّهُ إِنْ قَالَ ذَلِكَ عَلَى
سَبِيْلِ التَّبَسُّطِ الْمُعْتَادِ مِلْكَهُ وَتَصَرَّفَ فِيْهِ كَيْفَ شَاءَ
وَإِنْ كَانَ غَرْضُهُ تَحْصِيْلَ مَا عَيَّنَهُ لِمَا رَأَى بِهِ مِنَ الشّعث
وَالْوَسْخِ أَوْ لِعِلْمِهِ بِأَنَّهُ مَكْشُوْفُ الرَّأْسِ لَمْ يَجُزْ صَرْفُهُ
إِلَى غَيْرِ مَا عَيَّنَهُ اهـ
3. CARA MENGALOKASIKAN DANA
KIRIMAN WESEL
Neng Anis
nyantri di pesantren salaf. Oleh ayahnya, ia dikirimi uang khusus untuk
membeli kitab dan membayar syahriyah pondok. Apakah ia wajib menggunakan uang
tersebut sesuai perintah ayahnya?
Jawab: Wajib, karena ungkapan ayahnya mengindikasikan bukan basa-basi.
Referensi:
&
حاشية البجيرمي على المنهج الجزء 3
صحـ : 216 مكتبة دار الفكر العربي
(
قَوْلُهُ وَأَفْضَلُهَا الصَّدَقَةُ ) نَعَمْ تَحْرُمُ عَلَى مَنْ عَلِمَ أَنَّهُ
يَصْرِفُهَا فِي مَعْصِيَةٍ ق ل وَلَوْ قَالَ خُذْ هَذَا وَاشْتَرِ لَك بِهِ كَذَا
تَعَيَّنَ مَا لَمْ يُرِدْ التَّبَسُّطَ أَيْ أَوْ تَدُلُّ قَرِينَةُ حَالِهِ
عَلَيْهِ كَمَا مَرَّ لأَنَّ الْقَرِينَةَ مُحْكَمَةٌ عَلَيْهِ وَمِنْ ثَمَّ
قَالُوا لَوْ أَعْطَى فَقِيرًا دِرْهَمًا بِنِيَّةِ أَنْ يَغْسِلَ بِهِ ثَوْبَهُ
أَيْ وَقَدْ دَلَّتْ قَرِينَةٌ عَلَى مَا ذُكِرَ تَعَيَّنَ اهـ ع ش
4. BATAS PEMBERIAN MUTLAK
Dedi
mempunyai pohon mangga yang sedang berbuah sangat banyak sekali. Pada suatu
ketika datanglah Kardi untuk menemui Dedi dengan kepentingan mau minta buah mangganya,
sebab istri Kardi yang lagi hamil muda ngidam mangga. Setelah Kardi
mengungkapkan keinginannya, Dedi langsung menjawab “Sana ambil sendiri di kebun! ”. Berapa buah yang boleh ia ambil?
Jawab: Menurut Imam ‘Abbâdy hanya satu untaian mangga (jawa; dompol).
Sedangkan menurut Imam Qoffâl diperbolehkan memetiknya sesuai keinginannya.
Referensi:
&
حاشية الجمل الجزء 3 صحـ : 596 مكتبة دار الفكر
قَالَ الْعَبَّادِيُّ قَالَ وَفِي خُذْ مِنْ عِنَبِ
كَرْمِي مَا شِئْت لا يَزِيدُ عَلَى عُنْقُودٍ لأَنَّهُ أَقَلُّ مَا يَقَعُ
عَلَيْهِ الاسْمُ وَمَا اسْتَشْكَلَهُ يُرَدُّ بِأَنَّ الاحْتِيَاطَ الْمَبْنِيَّ
عَلَيْهِ حَقُّ الْغَيْرِ أَوْجَبَ ذَلِكَ التَّقْدِيرَ وَأَفْتَى الْقَفَّالُ فِي
أَبَحْت لَك مِنْ ثِمَارِ بُسْتَانِي مَا شِئْت بِأَنَّهُ إبَاحَةٌ وَظَاهِرُهُ
أَنَّ لَهُ أَخْذَ مَا شَاءَ وَمَا قَالَهُ الْعَبَّادِيُّ أَحْوَطُ اهـ
5. SIKAP KETIKA DITAWARI TEMAN
UNTUK MAKAN
Mas Andi
merupakan santri yang dermawan dan bermasyarakat. Karena kedermawanannya itu
setiap ketemu dengan teman-temannya, dimanapun tempatnya, mas Andi disuruh
mampir. Dan tak jarang Mas Andi juga ikut nongkrong sambil makan jajan
atau minuman yang ditawari oleh teman-temannya itu. Sebatas mana mas Andi boleh memakan makanan tersebut?
Jawab: Sesuai dengan kerelaan pemberi, baik dengan lisan atau dengan
indikasi kuat.
Referensi:
&
أسنى المطالب الجزء 3 صحـ : 227 مكتبة دار الكتاب
الإسلامي
قَالَ الْغَزَالِيُّ وَإِذَا عَلِمَ رِضَاهُ يَنْبَغِي
لَهُ مُرَاعَاةُ النَّصَفَةِ مَعَ الرُّفْقَةِ فَلاَ يَنْبَغِي أَنْ يَأْخُذَ
إلاَّ مَا يَخُصُّهُ أَوْ يَرْضَوْنَ بِهِ عَنْ طَوْعٍ لاَ عَنْ حَيَاءٍ اهـ
6. MAKAN HIDANGAN RESEPSI NIKAH
SAMPAI KEKENYANGAN
Setiap
Resepsi yang ada di Jawa tidak lepas dengan yang namanya makanan dan minuman,
lebih-lebih bagi mereka yang tergolong borjuis (kaya raya). Biasanya
cara mereka menghidangkan makanan dengan model prasmanan yang telah disediakan
disebuah tempat khusus. Sehingga para undangan yang hadir tinggal menikmati
hidangan yang telah disediakan. Karena saking banyaknya menu makanan, tak jarang
diantara mereka ketika makan nambah dan nambah lagi sampai kekenyangan. Sebatas
mana makanan yang diperbolehkan dalam kasus di atas?
Jawab: Sesuai yang direlakan pemberi, baik dengan lisan atau dengan indikasi
yang kuat.
Referensi:
&
نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج الجزء 6
صحـ : 377 مكتبة دار الفكر
( وَلَهُ ) أَيْ الضَّيْفِ مَثَلا ( أَخْذُ مَا )
يَشْمَلُ الطَّعَامَ وَالنَّقْدَ وَغَيْرَهُمَا وَتَخْصِيصُهُ بِالطَّعَامِ
رَدَّهُ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللَّهُ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ فَتَفَطَّنْ لَهُ وَلا
تَغْتَرَّ بِمَنْ وَهَمَ فِيهِ ( يَعْلَمُ ) أَوْ يَظُنُّ بِقَرِينَةٍ قَوِيَّةٍ
بِحَيْثُ لا يَتَخَلَّفُ الرِّضَا عَنْهَا عَادَةً كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ ( رِضَاهُ
بِهِ ) لأَنَّ الْمَدَارَ عَلَى طِيبِ نَفْسِ الْمَالِكِ فَإِذَا قَضَتْ
الْقَرِينَةُ الْقَوِيَّةُ بِهِ حَلَّ وَتَخْتَلِفُ قَرَائِنُ الرِّضَا فِي ذَلِكَ
بِاخْتِلافِ الأَحْوَالِ وَمَقَادِيرِ الأَمْوَالِ اهـ
7. MEMBERI KARENA MALU
Penggalangan
dana yang dilakukan para pengurus masjid, sekalipun pengalokasiannya jelas,
yakni untuk kesejahteraan masjid dan pahalanya juga tidak diragukan lagi. Akan
tetapi hal itu kadang riskan menimbulkan kesenjangan sosial diantara
masyarakat. Bagaimana tidak, mereka meminta dengan cara rombongan ke
rumah-rumah warga agar mereka mau bersedakah dan merasa malu jika tidak
memberi. Bagaimana hukum praktek penggalangan dana di atas?
Jawab: Haram menerimanya jika diberikan karena malu.
Referensi:
&
تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 6
صحـ : 314 مكتبة دار إحياء التراث العربي
قَالَ فِي الإِحْيَاءِ لَوْ طَلَبَ مِنْ غَيْرِهِ هِبَةَ
شَيْءٍ فِي مَلا مِنْ النَّاسِ فَوَهَبَهُ مِنْهُ اسْتِحْيَاءً مِنْهُمْ وَلَوْ
كَانَ خَالِيًا مَا أَعْطَاهُ حَرُمَ كَالْمَصَادِرِ وَكَذَا كُلُّ مَنْ وُهِبَ
لَهُ شَيْءٌ لاتِّقَاءِ شَرِّهِ أَوْ سِعَايَتِهِ اهـ نِهَايَةٌ زَادَ الْمُغْنِي
8. MEMBERI PADA ANAK DISESUAIKAN
DENGAN KEBUTUHAN
Apakah
memberi sesuatu pada anak dengan kadar yang berbeda diperbolehkan mengingat hal
itu riskan terjadi kecemburan sosial diantara mereka?
Jawab: Diperbolehkan sesuai dengan kebutuhannya.
Referensi:
&
حاشية الجمل الجزء 3
صحـ : 219 مكتبة دار الفكر
( وَكُرِهَ ) لِمُعْطٍ ( تَفْضِيلٌ فِي عَطِيَّةِ
بَعْضِهِ ) مِنْ فَرْعٍ أَوْ أَصْلٍ وَإِنْ بَعُدَ سَوَاءٌ الذَّكَرُ وَغَيْرُهُ
لِئَلاَّ يُفْضِيَ ذَلِكَ إلَى الْعُقُوقِ وَالشَّحْنَاءِ وَلِلنَّهْيِ عَنْهُ
وَالأَمْرِ بِتَرْكِهِ فِي الْفَرْعِ كَمَا فِي الصَّحِيحَيْنِ قَالَ فِي
الرَّوْضَةِ قَالَ الدَّارِمِيُّ فَإِنْ فَضَلَ فِي الأَصْلِ فَلْيَفْضُلْ الأُمَّ
وَمَحَلُّ كَرَاهَةِ التَّفْضِيلِ عِنْدَ الاسْتِوَاءِ فِي الْحَاجَةِ أَوْ
عَدَمِهَا كَمَا قَالَهُ ابْنُ الرِّفْعَةِ وَالتَّصْرِيحُ بِذِكْرِ الْكَرَاهَةِ
مَعَ إفَادَةِ حُكْمِ التَّفْضِيلِ فِي الأَصْلِ مِنْ زِيَادَتِي اهـ
9. ORTU MEMINTA KEMBALI
PEMBERIANNYA
Sebut
saja akang Ateng, karena dia anak tunggal, semua yang diminta selalu dipenuhi
oleh ortu. Pada suatu ketika dia meminta sepeda motor pada ortunya untuk
keperluan sekolah. Akhirnya dia dibelikan. Namun jelang beberapa bulan,
ternyata motor itu sering dibuat balapan, kencan sama pacar dan lain
sebagainya. Karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya sang
ortu mengambilnya kembali dan kemudian dijual. Apakah tindakan ortu yang
meminta kembali pemberiannya perbolehkan?
Jawab: Diperbolehkan, bahkan wajib diambil kembali, jika dengan sepeda motor
anak tambah ugal-ugalan.
Referensi:
&
المجموع الجزء 15 صحـ : 385 مكتبة الشاملة الإصدار
الثاني
وَيُكْرَهُ الرُّجُوْعُ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ فَإِنْ
وَجَدَ كَكَوْنِ الْوَلَدِ عَاقًا أَوْ يَصْرِفُهُ فِيْ مَعْصِيَّةٍ أَنْذَرَهُ
بِهِ فَإِنْ أَصَرَّ لَمْ يُكْرَهْ وَبَحَثَ الأَسْنَوِى نَدْبَهُ فِي الْعَاصِى
وَكَرَاهَتِهِ فِي الْعَاقِ إِنْ زَادَ عُقُوْقُهُ وَنَدْبُهُ اِنْ أَزَالَهُ
وَإِبَاحَتُهُ إِنْ لَمْ يُفِدْ شَيْئًا وَالأَذْرَعِى ذَهَبَ إِلَى عَدَمِ كَرَاهَتِهِ
إِنِ احْتَاجَ الأَبُ لِنَفَقَةٍ أَوْ دَيْنٍ بَلْ نَدْبُهُ حَيْثُ كَانَ
الْوَلَدُ غَيْرً مُحْتَاجٍ لَهً وَوُجُوْبُهُ فِي الْعَاصِى إِنْ غَلَبَ عَلَى
الظَّنِّ تَعَيُّنُهُ طَرِيْقًا إلِىَ كَفِّهِ عَنِ الْمَعْصِيَّةِ اهـ
10. PEMBERIAN YANG DIHASILKAN DARI
HARTA SYUBHAT
Neng Rima
adalah santri tulen yang rajin beribadah dan selalu ta'at pada peraturan
pondoknya. Pada saat menjelang lebaran, dia pulang. Seperti biasa, setiap
mendekati lebaran ia mendapat hadiah dari orang tuanya. Namun dengan hadiah itu
bukannya dia bahagia dan senang, akan tetapi malah bingung dan sedih, karena
pekerjaan yang selama ini ditekuni sang ortu ternyata berbau-bau syubhat.
Tindakan apa yang harus dilakukan neng Rima dengan pemberian ortunya tersebut?
Jawab: Dianjurkan untuk menolaknya dengan cara yang halus. Namun jika khawatir
akan menyakiti hati orang tua, maka sebaiknya menerima.
Referensi:
& نهاية المحتاج إلى شرح
المنهاج الجزء 5 صحـ : 422 مكتبة دار الفكر
قَالَ الْغَزَالِيُّ فَلَوْ كَانَ فِي مَالِ أَحَدِهِمَا شُبْهَةٌ وَدَعَاهُ
لِلأَكْلِ مِنْهُ تَلَطَّفَ فِي الامْتِنَاعِ فَإِنْ عَجَزَ فَلِيَأْكُلْ
وَيُصَغِّرْ اللُّقْمَةَ وَيُطَوِّلْ الْمَضْغَةَ وَكَذَا لَوْ أَلْبَسَهُ ثَوْبًا
مِنْ شُبْهَةٍ وَكَانَ يَتَأَذَّى بِرَدِّهِ فَلِيَقْبَلْهُ وَلِيَلْبَسْهُ بَيْنَ
يَدَيْهِ وَيَنْزِعُهُ إذَا غَابَ وَيَجْتَهِدُ أَنْ لا يُصَلِّيَ فِيهِ إلا
بِحَضْرَتِهِ اهـ
11. STATUS HADIAH SAAT WALIMAH
KHITAN
Merupakan
hal yang lumrah tatkala walimah al-khitan (khitanan), para tetangga
memberikan berbagai hadiah sebagai bentuk rasa solidaritas dan untuk
menyenangkan anak yang di khitan. Milik siapakah hadiah itu?
Jawab: Menurut pendapat yang kuat, jika pemberi tidak menentukan siapa yang
diberi, maka menjadi milik sang ayah. Namun bila telah ditentukan atau ada
indikasi kuat hadiah untuk sang anak, maka hadiah tersebut milik anak.
Referensi:
& روضة الطالبين وعمدة المفتين
الجزء 2 صحـ : 271 مكتبة الشاملة الإصدار الثاني
اَلسَّادِسَةُ لَوْ خُتِنَ
اِبْنُهُ وَاتَّخَذَ دَعْوَةً فَحَمَلَتْ إِلَيْهِ هَدَايَا وَلَمْ يُسَمِّ
أَصْحَابَهَا الأَبَّ وَلاَ الإِبْنَ فَهَلْ تَكُوْنَ الْهَدِيَّةَ مِلْكاً
لِْلأَبِّ أَمْ لِْلاِبْنِ فِيْهِ وَجْهَاَنِ قُلْتُ قَطَّعَ الْقَاضِي حُسَيْنِ
فِي الْفَتَاوَى بِأَنَّهُ لِْلاِبْنِ وَأَنَّهُ يَجِبُ عَلَى اْلأَبِّ أَنْ
يَقْبَلَهَا لِوَلَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَقْبَلْ أَثِمَ قَالَ وَكَذَا وَصِّيٌ
وَقَيِّمٌ يَقْبَلُ الْهَدِيَّةَ وَالْوَصِيَّةُ لِلصَّغِيْرِ قَالَ فَإِنْ لَمْ
يَقْبَلْ الْوَصِّي الْوَصِيَّةَ وَالْهَدِيَّةَ أَثِمَ وَانْعَزَلَ لِتَرْكِهِ
النَّظْرُ وَفِي فَتَاوى الْقَاضِي أَنَّ الشَّيْخَ أَبَا إِسْحَاقِ الشَّيْرَازِي
قَالَ تَكُوْنُ مِلْكاً لِْلأَبِّ لأَنَّ النَّاسَ يَقْصِدُوْنَ التَّقَرُّبُ
إِلَيْهِ وَهَذَا أَقْوَى وَأَصَّحُ وَاللهُ أَعْلَمُ
12. PURA-PURA SENANG AGAR DIBERI
HADIAH
Bang
Ihsan dalam pencarian cintanya yang cukup lama, akhirnya dia menemukan sang
pujaan hati yang dianggap cocok dengan karakternya. Sehingga tumbuhlah
benih-benih cinta yang telah lama terpendam. Karena Bang Ihsan sangat
mencintainya, apapun yang diminta oleh sang pacar, Bang Ihsan selalu menjawab
“Apa sih yang tidak buat kamu”, meskipun kadang sang pacar hanya pura-pura
senang saja. Bolehkah bagi ceweknya Bang Ihsan menerima pemberian itu, padahal
jika Bang Ihsan tahu bahwa dia hanya pura-pura, maka tidak mungkin memberinya?
Jawab: Haram menerimanya, sebab tidak sesuai dengan maksud si pemberi.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 3 صحـ : 601 مكتبة دار الفكر
وَلَوْ شَكَا إلَيْهِ أَنَّهُ
لَمْ يُوَفِّ أُجْرَتَهُ كَاذِبًا فَأَعْطَاهُ دِرْهَمًا أَوْ أَعْطَى بِظَنِّ
صِفَةٍ فِيهِ أَوْ فِي نَسَبِهِ فَلَمْ يَكُنْ فِيهِ بَاطِنًا لَمْ يَحِلَّ لَهُ
قَبُولُهُ وَلَمْ يَمْلِكْهُ وَيَكْتَفِي فِي كَوْنِهِ أَعْطَى لأَجْلِ ظَنِّ
تِلْكَ الصِّفَةِ بِالْقَرِينَةِ وَمِثْلُ هَذَا مَا يَأْتِي فِي آخِرِ الصَّدَاقِ
مَبْسُوطًا مِنْ أَنَّ مَنْ دَفَعَ لِمَخْطُوبَتِهِ أَوْ وَكِيلِهَا أَوْ
وَلِيِّهَا أَوْ غَيْرِهِ لِيَتَزَوَّجَهَا فَرَدَّ قَبْلَ الْعَقْدِ رَجَعَ عَلَى
مَنْ أَقْبَضَهُ اهـ
13. TUNANGAN PUTUS PEMBERIANNYA
DIMINTA LAGI
Disuatu
daerah ada sebuah kebiasaan, yaitu tatkala melangsungkan tunangan, dari pihak
laki-laki memberikan perhiasan dan makanan kepada tunangannya. Namun jika
ternyata putus ditengah jalan, artinya tidak sampai pada jenjang perkawinan,
maka pemberiannya tersebut akan diambil lagi. Bolehkah memintanya kembali pemberian
tersebut?
Jawab: Diperinci,
@ Diperbolehkan, jika putusnya tunangan berasal dari pihak perempuan.
@ Tidak boleh, bila penyebab putusnya tersebut dari pihak laki-laki.
Referensi:
& بغية المسترشدين للسيد باعلوي
الحضرمي صحـ : 350 مكتبة دار الفكر
(مَسْأَلَةٌ
ش) دَفَعَ لِمَخْطُوْبَتِهِ مَالاً بِنِيَّةٍ جَعَّلَهُ فِي مُقَابَلَةِ الْعَقْدِ
اِسْتَرَدَّهُ إِذَا لَمْ يَتَّفِقْ اَلْعَقْدُ وَيُصَدَّقُ فِي ذَلِكَ اهـ قُلْتُ
وَرَجَّحَ ذَلِكَ فِي التُّحْفَةِ وَخَالَفَ فِي فَتَاوِيْهِ فَقَالَ وَلَوْ
أَهْدَى لِمَخْطُوْبَتِهِ فَاتَّفَقَ أَنَّهُمْ لَمْ يُزَوِّجُوْهُ فَإِنْ كَانَ
الرَّدُ مِنْهُمْ رُجِعَ بِمَا أَنْفَقَ لأَنَّهُ لَمْ يَحْصُلْ غَرْضُهُ الَّذِي
هُوَ سَبَبُ الْهَدِيَّةِ أَوْ مِنْهُ فَلا رُجُوْعَ لانتْفِاَءِ الْعِلَّةِ اهـ
وَأَفْتَى الشِّهَابُ الرَّمْلِي بِأَنَّ لَهُ الرُّجُوْعُ أَيْضاً مُطْلَقاً
سَوَاءٌ كَانَ الرَّدُّ مِنْهُ أَوْ مِنْهُمْ كَمَا لَوْ مَاتَ فَيَرْجِعُ فِي
عَيْنِهِ باَقِياً وَبَدَلَهُ تَالِفاً مَأْكَلاً وَمَشْرَباً وَحُلِّيّاً اهـ
14. KOMPENSASI POTONGAN DELEGASI
LOMBA
Rahmat
adalah salah satu siswa sekolah favorit di daerah Jatim. Dia dikenal sebagai
siswa yang funky dan gaul abiz dikalangan teman-temannya. Juga terdaftar dalam
golongan siwa yang joz (cerdas, pinter, dan ramah). Suatu ketika dia mendapat
kesempatan dari sekolahannya untuk mengikuti lomba penulisan artikel tingkat
propinsi Jawa Timur. Dengan semangat 45 dan persiapan yang cukup matang,
akhirnya dia dinobatkan sebagai pemenang juara satu dan berhak mendapatkan
sejumlah uang sebesar Rp. 10 juta. Namun dia sedikit kecewa ketika bapak Rowo
selaku kepala sekolah meminta kompensasi potongan 10 % untuk kesejahteraan
sekolah, karena juga membawa nama sekolah. Milik siapa sebenarnya hadiah
tersebut? Dan apakah dapat dibenarkan kebijakan pondok dalam pemotongan di
atas?
Jawab: Milik Kang Rahmat. Sedangkan kebijakan sekolah tidak dapat dibenarkan,
karena termasuk pemerasan, tetapi pihak sekolah boleh meminta sesuai kerelaan
sang juara.
Referensi:
& حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 3 صـ : 115 مكتبة دار إحياء
الكتب العربية
( فَرْعٌ
) جَرَتْ الْعَادَةُ لِذَوِي الأَفْرَاحِ بِحَمْلِ الْهَدَايَا إلَيْهِمْ وَوَضْعِ
نَحْوِ طَاسَةٍ لِوَضْعِ الدَّرَاهِمِ فِيهَا وَإِعْطَاءِ خَادِمِ الصُّوفِيَّةِ
الدَّرَاهِمَ وَنَحْوَهَا وَحُكْمُ ذَلِكَ أَنَّ الْمِلْكَ لِمَنْ قَصَدَهُ
الدَّافِعُ مِنْ صَاحِبِ الْفَرَحِ أَوْ ابْنِهِ أَوْ الْمُزَيِّنِ مَثَلًا أَوْ
الْخَادِمِ أَوْ الصُّوفِيَّةِ انْفِرَادًا وَشَرِكَةً وَإِلا فَلاخِذِهِ لأَنَّهُ
الْمَقْصُودُ عُرْفًا أَوْ عَادَةً وَمِثْلُ ذَلِكَ مَا لَوْ نَذَرَ شَيْئًا
لِوَلِيٍّ مَيِّتٍ فَإِنْ قَصَدَ تَمْلِيكَهُ لَغَا أَوْ تَمْلِيكَ خَدَمَتِهِ
مَثَلًا فَلَهُمْ وَإِلا صُرِفَ فِي مَصَالِحِ قَبْرِهِ وَإِنْ كَانَ وَإِلا
فَلِمَنْ جَرَتْ الْعَادَةُ بِقَصْدِهِمْ عِنْدَهُ اهـ
& الزواجر عن اقتراف الكبائر
الجزء 1 صحـ : 299 مكتبة دار الفكر
( جِبَايَةُ الْمُكُوسِ وَالدُّخُولُ فِي شَيْءٍ مِنْ
تَوَابِعِهَا كَالْكِتَابَةِ عَلَيْهَا لا بِقَصْدِ حِفْظِ حُقُوقِ النَّاسِ إلَى
أَنْ تُرَدَّ إلَيْهِمْ إنْ تَيَسَّرَ ) وَهُوَ دَاخِلٌ فِي قَوْله تَعَالَى {
إنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأَرْضِ
بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ } وَالْمِكَاسُ بِسَائِرِ
أَنْوَاعِهِ مِنْ جَابِي الْمَكْسِ وَكَاتِبِهِ وَشَاهِدِهِ وَوَازِنِهِ
وَكَائِلِهِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ أَكْبَرِ أَعْوَانِ الظَّلَمَةِ بَلْ هُمْ مِنْ
الظَّلَمَةِ بِأَنْفُسِهِمْ فَإِنَّهُمْ يَأْخُذُونَ مَا لا يَسْتَحِقُّونَهُ
وَيَدْفَعُونَهُ لِمَنْ لا يَسْتَحِقُّهُ وَلِهَذَا لا يَدْخُلُ صَاحِبُ مَكْسٍ
الْجَنَّةَ لأَنَّ لَحْمَهُ يَنْبُتُ مِنْ حَرَامٍ كَمَا يَأْتِي اهـ
15. BANTUAN YANG TIDAK JELAS
TUJUANNYA
Jawab: Bila orang tersebut tidak mengatas namakan organisasi yang dipimpin atau
wakilnya, maka hadiah itu untuk dirinya, dan boleh di-tasharuf-kan
sesuai kehendaknya. Kecuali terlaku kebiasaan untuk di-tasharuf-kan pada
organisasi yang dipimpin, maka terjadi perbedaan pendapat. Menurut sebagian
ulama' tetap dimilki penerima, sebab melihat dari urf syar’i-nya.
Dan menurut sebagian yang lain, dimiliki oleh organisasi sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku.
Catatan: Menurut Ibn al-Araby, apabila penerima mempunyai akses pada penguasa
sehingga dapat mempengaruhi terhadap kebijakan maka termasuk risywah (suap).
Referensi:
& فتح المعين هامش إعانة الطالبين
3 صحـ : 183 مكتبة دار الفكر
(فُرُوْعٌ)
الْهَدَايَا الْمَحْمُوْلَةُ عِنْدَ الْخِتَانِ مِلْكٌ لِلأَبِّ وَقَالَ جَمْعٌ
لِلإِبْنِ فَعَلَيْهِ يَلْزَمُ الأَبَ قَبُوْلُهَا وَمَحَلُّ الْخِلافِ إِذَا
أَطْلَقَ الْمُهْدِي فَلَمْ يَقْصِدْ وَاحِدًا مِنْهُمَا وَإِلا فَهِيَ لِمَنْ
قَصَدَهُ اِتَّفَاقًا وَيَجْرِي ذَلِكَ فِيْمَا يَعْطَاهُ خَادِمُ الصُّوْفِيَّةِ
فَهُوَ لَهُ فَقَطْ عِنْدَ الإِطْلاقِ أَوْ قَصْدِهِ وَلَهُمْ عِنْدَ قَصْدِهِمْ
وَلَهُ وَلَهُمْ عِنْدَ قَصْدِهِمَا أَيْ يَكُوْنُ لَهُ النِّصْفُ فِيْمَا
يَظْهَرُ وَقَضِيَّةُ ذَلِكَ أَنَّ مَا اعْتِيْدَ فِي بَعْضِ النَّوَاحِي مِنْ
وَضْعٍ طَاسَةٍ بَيْنَ يَدَيْ صَاحِبِ الْفَرْحِ لِيَضَعَ النَّاسُ فِيْهَا
دَرَاهِمَ ثُمَّ يَقْسِمُ عَلَى الْحَالِقِ أو الْخَاتِنِ أَوْ نَحْوِهِمَا
يَجْرِي فِيْهِ ذَلِكَ التَّفْصِيْلِ فَإِنْ قَصَدَ ذَلِكَ وَحْدَهُ، أَوْ مَعَ
نَظرَائِهِ الْمُعَاوِنِيْنَ لَهُ عَمَلٌ بِالْقَصْدِ.وَإِنْ أَطْلَقَ، كَانَ
مِلْكًا لِصَاحِبِ الْفَرْحِ يَعْطِيْهِ لِمَنْ يَشَاءُ وَبِهَذَا يُعْلَمُ
أَنَّهُ لانَظْرَ هُنَا لِلْعُرْفِ أَمَّا مَعَ قَصْدِ خِلافِهِ فَوَاضِحٌ
وَأَمَّا مَعَ الإِطْلاقِ فَلأَنَّ حَمْلَهُ عَلَى مَنْ ذُكِرَ مِنَ الأَبِّ
وَالْخَادِمِ وَصَاحِبِ الْفَرْحِ نَظْرًا لِلْغَالِبِ أَنَّ كُلا مِنْ هَؤُلاءِ
هُوَ الْمَقْصُوْدُ هُوَ عُرْفُ الشَّرْعِ فَيُقَدَّمُ عَلَى اْلعُرْفِ
الْمُخَالِفِ لَهُ بِخَلافِ مَا لَيْسَ لِلشَّرْعِ فِيْهِ عُرْفٌ فَإِنَّهُ
تَحْكُمُ فِيْهُ الْعَادَةُ وَمِنْ ثَمَّ لَوْ نَذَرَ لِوَلِيِّ مَيِّتٍ بِمَالٍ
فَإِنْ قَصَدَ أَنَّهُ يَمْلِكُهُ لَغًا وَإِنْ أَطْلَقَ فَإِنْ كَانَ عَلَى
قَبْرِهِ مَا يَحْتَاجُ لِلصَّرْفِ فِي مَصَالِحِهِ صُرِّفَ لَهُ وَإِلا فَإِنْ
كَانَ عِنْدَهُ قَوْمٌ اِعْتِيْدَ قَصْدُهُمْ بِالنَّذْرِ لِلْوَلِيِّ صُرِّفَ
لَهُمْ وَلَوْ أَهْدَي لِمَنْ خَلََصُهُ مِنْ ظَالِمٍ لِئَلا يَنْقُصَ مَا
فَعَلَهُ لَمْ يَحِلَّ لَهُ قَبُوْلُهُ وَإِلا حَلَّ أَيْ وَإِنْ تَعَيَّنَ
عَلَيْهِ تَخْلِيْصُهُ وَلَوْ قَالَ خُذْ هَذَا وَاشْتَرْ لَكَ بِهِ كَذَا
تَعَيَّنَ مَا لَمْ يَرِدِّ التَّبَسُّطُ أَيْ أَوْ تَدُلُّ قَرِيْنَةُ حَالِهِ
عَلَيْهِ وَمَنْ دَفَعَ لِمَخْطُوْبَتِهِ أَوْ وَكِيْلِهَا أَوْ وَلِيِّهَا
طَعَامًا أَوْ غَيْرَهُ لِيَتَزَوَّجَهَا فَرُدَّ قَبْلَ الْعَقْدِ رَجَعٌ عَلَى
مَنْ أَقْبَضَهُ وَلَوْ بَعَثَ هَدِيَّةً إِلَى شَخْصٍ فَمَاتَ الْمُهْدَي
إِلَيْهِ قَبْلَ وُصُوْلِهضا بَقِيَّتْ عَلَى مِلْكِ الْمُهْدِي فَإِنْ مَاتَ الْمُهْدِى
لَمْ يَكُنْ لِلرَّسُوْلِ حَمْلُهَا إِلَى الْمُهْدَى إِلَيْهِ اهـ
& فتح الباري لابن حجر الجزء 8
صحـ : 82 مكتبة الشاملة الإصدار الثاني
وَقَالَ اِبْن الْعَرَبِيّ الرِّشْوَة كُلّ مَال
دُفِعَ لِيَبْتَاعَ بِهِ مِنْ ذِي جَاهُ عَوْنًا عَلَى مَا لا يَحِلُّ
وَالْمُرْتَشِي قَابِضه وَالرَّاشِي مُعْطِيه وَالرَّائِش الْوَاسِطَة وَقَدْ
ثَبَتَ حَدِيث عَبْد اللَّه بْن عَمْرو فِي لَعْن الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي
أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيّ وَصَحَّحَهُ وَفِي رِوَايَة وَالرَّائِش وَالرَّاشِي
ثُمَّ قَالَ الَّذِي يُهْدِي لا يَخْلُو أَنْ يَقْصِدَ وُدَّ الْمُهْدَى إِلَيْهِ
أَوْ عَوْنه أَوْ مَاله فَأَفْضَلُهَا الأَوَّل وَالثَّالِث جَائِز لأَنَّهُ
يَتَوَقَّع بِذَلِكَ الزِّيَادَة عَلَى وَجْه جَمِيل وَقَدْ تُسْتَحَبُّ إِنْ
كَانَ مُحْتَاجًا وَالْمُهْدِي لا يَتَكَلَّف وَإِلا فَيُكْرَهُ وَقَدْ تَكُونُ
سَبَبًا لِلْمَوَدَّةِ وَعَكْسهَا وَأَمَّا الثَّانِي فَإِنْ كَانَ لِمَعْصِيَةٍ
فَلا يَحِلُّ وَهُوَ الرِّشْوَة وَإِنْ كَانَ لِطَاعَةٍ فَيُسْتَحَبُّ وَإِنْ
كَانَ لِجَائِزٍ فَجَائِز لَكِنْ إِنْ لَمْ يَكُنْ الْمُهْدَى لَهُ حَاكِمًا
وَالإِعَانَة لِدَفْعِ مَظْلِمَة أَوْ إِيصَال حَقّ فَهُوَ جَائِزٌ وَلَكِنْ
يُسْتَحَبُّ لَهُ تَرْك الأَخْذ وَإِنْ كَانَ حَاكِمًا فَهُوَ حَرَام اهـ مُلَخَّصًا
16. UANG TABUNGAN BANK MENDAPAT
HADIAH
Pada saat
yang lalu, Bank BNI bagi-bagi hadiah BMW, Kijang, dll. Dengan salah satu
ketentuan bahwa saldo minimal Rp. 1.000.000,- dan setiap seratus ribu mendapat
satu poin undian. Sungguh baik nasib berpihak pada H. Haydar, dia menjadi salah
satu pemenang mobil BMW dari 8 pemenang se-Indonesia. Namun yang membingungkan
ternyata uang yang ada di Bank tersebut bukan murni milik dia saja, melainkan
tercampur dengan uang titipan dari akang Dzakir. Milik siapakah mobil tersebut
mengingat uang yang ada di Bank bukan milik pribadi H. Haydar?
Jawab: Dalam hal hadiah tersebut milik H. Haydar dengan memandang kenyataan dan
kuatnya indikasi yang ada.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح
المنهاج الجزء 6 صحـ : 316 مكتبة دار إحياء التراث
العربي
( فَرْعٌ
) الْهَدَايَا الْمَحْمُولَةُ عِنْدَ الْخِتَانِ مِلْكٌ لِلأَبِ وَقَالَ جَمْعٌ
لِلابْنِ فَعَلَيْهِ يَلْزَمُ الأَبَ قَبُولُهَا أَيْ حَيْثُ لا مَحْذُورَ كَمَا
هُوَ ظَاهِرٌ وَمِنْهُ أَنْ يَقْصِدَ التَّقَرُّبَ لِلأَبِ وَهُوَ نَحْوُ قَاضٍ فَلا
يَجُوزُ لَهُ الْقَبُولُ كَمَا بَحَثَهُ شَارِحٌ وَهُوَ مُتَّجَهٌ وَمَحَلُّ
الْخِلافِ إذَا أَطْلَقَ الْمُهْدِي فَلَمْ يَقْصِدْ وَاحِدًا مِنْهُمَا وَإِلا
فَهِيَ لِمَنْ قَصَدَهُ اتِّفَاقًا وَيَجْرِي ذَلِكَ فِيمَا يُعْطَاهُ خَادِمُ
الصُّوفِيَّةِ فَهُوَ لَهُ فَقَطْ عِنْدَ الإِطْلاقِ أَوْ قَصْدِهِ وَلَهُمْ
عِنْدَ قَصْدِهِمْ وَلَهُ وَلَهُمْ عِنْدَ قَصْدِهِمَا أَيْ وَيَكُونُ لَهُ
النِّصْفُ فِيمَا يَظْهَرُ أَخْذًا مِمَّا يَأْتِي فِي الْوَصِيَّةِ لِزَيْدٍ
الْكَاتِبِ وَالْفُقَرَاءِ مَثَلا وَقَضِيَّةُ ذَلِكَ أَنَّ مَا اُعْتِيدَ فِي
بَعْضِ النَّوَاحِي مِنْ وَضْعِ طَاسَةٍ بَيْنَ يَدَيْ صَاحِبِ الْفَرَحِ لِيَضَعَ
النَّاسُ فِيهَا دَرَاهِمَ ثُمَّ تُقْسَمُ عَلَى الْحَالِقِ أَوْ الْخَاتِنِ
وَنَحْوُهُ يَجْرِي فِيهِ ذَلِكَ التَّفْصِيلُ فَإِنْ قَصَدَ ذَاكَ وَحْدَهُ أَوْ
مَعَ نُظَرَائِهِ الْمُعَاوِنِينَ لَهُ عَمِلَ بِالْقَصْدِ وَإِنْ أَطْلَقَ كَانَ
مِلْكًا لِصَاحِبِ الْفَرَحِ يُعْطِيهِ لِمَنْ شَاءَ وَبِهَذَا يُعْلَمُ أَنَّهُ
لا نَظَرَ هُنَا لِلْعُرْفِ ( قَوْلُهُ وَقَضِيَّةُ ذَلِكَ ) أَيْ مَا ذُكِرَ فِي
خَادِمِ الصُّوفِيَّةِ ( قَوْلُهُ فَإِنْ قَصَدَ ذَلِكَ ) أَيْ نَحْوَ الْخَاتِنِ
( قَوْلُهُ مِنْ وَضْعِ طَاسَةٍ إلَخْ ) أَيْ أَوْ دَوَرَانِ أَحَدٍ مِنْ طَرَفِ
صَاحِبِ الْفَرَحِ بِهَا ( قَوْلُهُ أَوْ مَعَ نُظَرَائِهِ الْمُعَاوِنِينَ إلَخْ
) هَلْ يُقْسَمُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْمُعَاوِنِينَ لَهُ بِالسَّوِيَّةِ أَوْ
بِالتَّفَاوُتِ وَمَا ضَابِطُهُ وَلا يَبْعُدُ اعْتِبَارُ الْعُرْفِ فِي ذَلِكَ (
فَرْعٌ ) مَا تَقَرَّرَ مِنْ الرُّجُوعِ فِي النُّقُوطِ لا فَرْقَ فِيهِ بَيْنَ
مَا يُسْتَهْلَكُ كَالأَطْعِمَةِ وَغَيْرِهِ وَمَدَارُ الرُّجُوعِ عَلَى عَادَةِ
أَمْثَالِ الدَّافِعِ لِهَذَا الْمَدْفُوعِ إلَيْهِ فَحَيْثُ جَرَتْ بِالرُّجُوعِ
رَجَعَ وَإِلا فَلا مَرَّ اهـ سم عَلَى حَجّ اهـ ع ش
17. MENGAMBIL SISA-SISA PADI DI
SAWAH ORANG LAIN
Sebagaimana
kita tahu tatkala musim panen terutama padi, biasanya ketika pemilik padi
selesai menuai, masih banyak sisa-sisa padi yang berceceran disawahnya.
Sehingga sisa-sisa tersebut oleh sebagian orang diambil dan dimanfaatkan (jawa;
ngasyak). Bagaimana hukum mengambil sisa-sisa padi tersebut?
Jawab: Boleh selama ada indikasi kerelaan dari pemiliknya.
Referensi:
&
الفتاوى الفقهية الكبرى
الجزء 3 صحـ : 369 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ
) نَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ عَمَّا لَوْ جَرَتْ الْعَادَةُ بِالتَّسَامُحِ
بِأَخْذِ شَيْءٍ مِنْ الْبُقُولاتِ أَوَّلَ وَقْتِ النَّبَاتِ مِنْ مَالِ
الْغَيْرِ يُؤْكَلُ مَثَلًا هَلْ هُوَ حَلالٌ طَيِّبٌ أَمْ لا وَقَدْ يَأْخُذُ
ذَلِكَ الصَّبِيُّ وَيَأْتِي بِهِ إلَى أَهْلِ الثَّرْوَةِ وَالْعَادَةُ جَارِيَةٌ
بِإِعْطَائِهِ شَيْئًا فِي مُقَابَلَةِ ذَلِكَ وَلَوْلا ذَلِكَ لَمْ يَأْتِ
بِشَيْءٍ لَهُمْ وَيَأْكُلُ ذَلِكَ الْوَرِعُ وَغَيْرُهُ وَفِي نَفْسِ الْفَقِيهِ
مِنْهُ شَيْءٌ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ حَيْثُ اطَّرَدَتْ عَادَةُ أَهْلِ
نَاحِيَةٍ بِالْمُسَامَحَةِ فِي الْبُقُولاتِ بِحَيْثُ يَجْزِمُ الآخِذُ بِأَنَّ
مَالِكَ الْمَأْخُوذِ لا يَتَأَثَّرُ فِيهِ أَوْ يَغْلِبُ عَلَى ظَنِّهِ ذَلِكَ
جَازَ الأَخْذُ نَظِيرَ مَا صَرَّحُوا بِهِ فِي أَخْذِ الثِّمَارِ السَّاقِطَةِ
وَمَنْ جَازَ لَهُ أَخْذُ شَيْءٍ تَصَرَّفَ فِيهِ بِالأَكْلِ لا بِالْبَيْعِ
وَنَحْوِهِ إلا إنْ اطَّرَدَتْ الْعَادَةُ بِرِضَا الْمُلاكِ بِتَصَرُّفِهِ فِيهِ
بِمَا شَاءَ فَحِينَئِذٍ يَجُوزُ لَهُ أَنْ يُهْدِيَهُ لِغَيْرِهِ وَلِذَلِكَ
الْغَيْرِ الأَكْلُ مِنْهُ نَعَمْ إنْ عَلِمَ أَوْ ظَنَّ أَنَّهُ إنَّمَا سَمَحَ
لَهُ فِي مُقَابَلَةِ شَيْءٍ يُعْطِيه لَهُ لَمْ يَجُزْ لَهُ الأَكْلُ مِنْهُ
حَتَّى يُعْطِيَهُ الْمُقَابِلَ أَوْ يَعْزِمَ عَلَى ذَلِكَ وَحَيْثُ جَزَمَ
بِالرِّضَا وَبِأَنَّهُ لا شُبْهَةَ لَهُ فِي ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ تَرْكُ الأَكْلِ
وَرَعًا وَإِلا كَانَ تَرْكُهُ مِنْ الْوَرَعِ
اهـ
18. JATAH PREMAN
Kejahatan
semakin hari semakin merajarela dimana-mana, mulai dari pemerasan, pencurian,
perampokan, dll. Sehingga masyarakat harus selalu ekstra hati-hati, karena para
penjahat selalu mengintai dan mencari sasaran orang-orang konglomerat. Bahkan
yang sedang marak dan sangat sulit dihindari, seperti yang terjadi di pasar
atau terminal, dimana para preman meminta uang secara paksa kepada para
pedagang. Jika tidak diberi, mereka menghajarnya sampai babak belur. Sehingga
sampai sekarang yang namanya jatah preman tetap ada. Alasan yang beredar adalah
untuk menjamin keamanan, padahal mereka yang harus diamankan. Bagaimana hukum
para preman meminta kepada para pedagang dengan alasan uang keamanan?
Jawab: Hukumnya haram, sebab termasuk pemerasan (memaksa). Namun bagi para
pedagang boleh memberinya, asalkan didasari untuk menyelamatkan dirinya.
Referensi:
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 3 صحـ : 373 مكتبة الإسلامية
وَقَدْ صَرَّحَ الأَئِمَّةُ فِي الْمُهْدِي حَيَاءً
وَلَوْلا الْحَيَاءُ لَمَا أَهْدَى أَوْ خَوْفَ الْمَذَمَّةِ وَلَوْلا خَوْفُهَا
لَمَا أَهْدَى بِأَنَّهُ يَحْرُمُ أَكْلُ هَدِيَّتِهِ لأَنَّهُ لَمْ يَسْمَح بِهَا
فِي الْحَقِيقَةِ وَكُلُّ مَا قَامَتْ الْقَرِينَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى أَنَّ
مَالِكَهُ لا يَسْمَحُ بِهِ لا يَحِلُّ تَنَاوُلُهُ وَقَدْ ذَكَرُوا فِي بَابِ
الضِّيَافَةِ مِنْ ذَلِكَ فُرُوعًا لا تَخْفَى اهـ
& العمال والحكام لابن حجر
الهيتمي صحـ : 54
وَلَوْ أَهْدَى اِلَيْهِ أَحَدٌ خَوْفًا مِنْ شَرِّهِ
حَرُمَ الْقَبُوْلَ قَطْعًا اهـ
19. STATUS PEMBERIAN SAAT WALIMAH 'URSY
Disuatu
daerah ketika mengadakan acara seperti Walimah 'Ursy, Khitanan dan lain-lain.
Umumnya para kerabat dan tetangga diundang untuk menghadiri acara tersebut. Dan
mereka yang hadir biasanya sambil membawa semacam hadiah baik berupa uang,
jajan, kue dan lain sebagainya. Yang semua itu akan diberikan pada shahibu
al-hajat. Begitu juga tatkala orang lain yang pernah diundang akan
mengadakan acara, maka ia akan mengundang juga. Dan begitu seterusnya. Apakah
wajib membalas sumbangan ketika orang yang pernah diundang itu mengadakan suatu
acara ?
Jawab: Secara mendasar yang namanya pemberian adalah tidak wajib untuk dibalas.
Namun jika ada indikasi kuat atau motif diluar koridor hadiah, seperti hadiah
tersebut sudah mentradisi dikalangan masyarakat untuk dikembalikan lagi
(hutang), maka wajib dikembalikan.
Referensi:
& الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء 3 صحـ : 373 مكتبة الإسلامية
(
وَسُئِلَ ) نَفَعَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِهِ عَمَّا اُعْتِيدَ مِنْ
إهْدَاءِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ لِلثَّوَابِ بِأَنْ يُمْلا ظَرْفَ الْهَدِيَّة
وَيُرَدَّ وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ وَقَعَ الْعَتَبُ وَالذَّمُّ هَلْ يَحِلُّ
تَنَاوُلُهُ أَوْ لا ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ مَذْهَبُنَا أَنَّ الْهِبَةَ
بِقَصْدِ الثَّوَابِ يُوجِبُهُ وَكَذَلِكَ هِبَةُ الأَدْنَى لِلأَعْلَى وَإِنْ
اُعْتِيدَ أَنَّهَا لا تَكُونُ إلا لِطَلَبِ الْمُقَابَلَةِ وَالْهَدِيَّةِ
كَالْهِبَةِ فِي ذَلِكَ وَحِينَئِذٍ فَلا عَمَلَ بِتِلْكَ الْعَادَةِ .هَذَا
بِالنِّسْبَةِ لِلأَحْكَامِ الظَّاهِرَةِ أَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِمَنْ عَلِمَ أَوْ
غَلَبَ عَلَى ظَنِّهِ مِنْ الْمُهْدِي أَوْ الْوَاهِبِ بِقَرَائِنِ أَحْوَالِهِ
أَنَّهُ لَمْ يُهْدِ أَوْ يَهَبْ إلا لِطَلَبِ مُقَابِلٍ فَلا يَحِلُّ لَهُ أَكْلُ
شَيْءٍ مِنْ هَدِيَّتِهِ أَوْ هِبَتِهِ إلا إنْ قَابَلَهُ بِمَا يَعْلَمُ أَوْ
يَظُنُّ أَنَّهُ رَضِيَ بِهِ فِي مُقَابَلَةِ مَا أَعْطَاهُ وَقَدْ صَرَّحَ
الأَئِمَّةُ فِي الْمُهْدِي حَيَاءً وَلَوْلا الْحَيَاءُ لَمَا أَهْدَى أَوْ
خَوْفَ الْمَذَمَّةِ وَلَوْلا خَوْفُهَا لَمَا أَهْدَى بِأَنَّهُ يَحْرُمُ أَكْلُ
هَدِيَّتِهِ لأَنَّهُ لَمْ يَسْمَح بِهَا فِي الْحَقِيقَةِ وَكُلُّ مَا قَامَتْ
الْقَرِينَةُ الظَّاهِرَةُ عَلَى أَنَّ مَالِكَهُ لا يَسْمَحُ بِهِ لا يَحِلُّ
تَنَاوُلُهُ وَقَدْ ذَكَرُوا فِي بَابِ الضِّيَافَةِ مِنْ ذَلِكَ فُرُوعًا لا
تَخْفَى اهـ
20. STATUS KAOS CALEG
Sudah
merupakan hal yang tidak asing lagi, waktu menjelang pemilu, pengurus parpol
banyak membagi-bagikan uang, kaos dan sebagainya kepada masyarakat. Bagaimana
hukum memberi dan menerima pemberian tersebut?
Jawab: Jika pemberian tersebut hanya sekedar untuk menarik simpati, maka
diperbolehkan. Dan bagi si penerima boleh menerimanya, namun makruh syadidah.
Namun jika tujunnya agar dipilih dan terdapat perjanjian yang mengikat, maka
hukumnya termasuk risywah. Dan bagi si penerima haram menerimanya.
Catatan: Kalau pemberi bertujuan إيصال الحق atau إعانة لدفع مظلمة sekaligus sebagai
alternatif terakhir, maka diperbolehkan dan bagi penerima haram.
Referensi:
&
إحياء علوم الدين الجزء 2 صحـ : 155-156 مكتبة
الشاملة
اَلْخَامِسُ أَنْ يَطْلَبَ
التَّقَرًّبَ إِلَى قَلْبِهِ وَتَحْصِيْلُ مَحَبَّتِهِ لا لِمَحَبَّتِهِ وَلا
لِلأَنْسِ بِهِ مِنْ حَيْثُ اَنَّهُ أََنْسٌ فَقَطْ بَلْ لِيَتَوَصَّلَ بِجَاهِهِ
إِلَى أَغْرَاضٍ لَهُ يَنْحَصِرُ جِنْسُهَا وَاِنْ لَمْ يَنْحَصِرْ عَيْنُهَا وَكَانَ
لَوْلا جَاهُهُ وَحَشْمَتُهُ لَكَانَ لا يَهْدِي إِلَيْهِ فَإِنْ كَانَ جَاهُهُ
لأَجْلِ عِلْمٍ أَوْ نَسَبٍ فَالأَمْرُ فِيْهِ أَخَفًّ وَأَخْذُهُ مَكْرُوْهٌ
فَإِنْ فِيْهِ مُشَابَهَةُ الرِّشْوَةِ وَلَكِنَّهَا هَدِيَّةً فِي ظَاهِرِهَا
فَإِنْ كَانَ جَاهُهُ بِوِلايَةٍ تَوَلاهَا مِنْ قَضَاءٍ أَوْ عَمَلٍ أَوْ
وِلايَةِ صَدَقَةٍ أَوْ جِبَايَةِ مَالٍ أَوْ غَيْرِهِ مِنَ الأَعْمَالِ
السُّلْطَانِيَّةِ حَتَّى وِلايَةِ الأَوْقَافِ مَثَلًا وَكَانَ لَوْلا تِلْكَ
الْوِلايَةُ لَكَانَ لا يَهْدِي إِلَيْهِ فَهَذِهِ رِشْوَةٌٌ عُرِضَتْ فِيْ
مَعْرَضِ الْهَدِيَّةِ إِذِ الْقَصْدُ بِهَا فِى الْحَالِ طَلَبُ التَّقَرُّبِ
وَاكْتِسَابِ الْمَحَبَّةِ وَلَكِنِ الأَمْرُ يَنْحَصِرُ فِى جِنْسِهِ
&
العزيز شرح الكبير الجزء 2 صحـ : 468-469
وَإِذَا عَرَفْنَا أَنََّ
قَوْلَ الرِّشْوَةِ حَرَامًا مُطْلَقًا وَقَبُوْلَ الْهَدِيَّةِ جَائِزٌ فِى
بَعْضِ الأَحْوَالِ طَلَبْتُ الْفَرْقَ بَيْنَهُمَا وَقُلْتُ بَاذِلُ الْمَالِ
رَاضٍ فِيْهِمَا جَمِيْعًا تُمُيِّزَ بَيْنَهُمَا وَالَّذِي وَجَدْتُهُ فىِ
الْفَرْقِ بَيْنَهُمَا شَيْئَانِ أَحَدُهُمَا فِى كَلامِ الْقَاضِي اِبْنِ كج
أِنَّ الرِّشْوَةَ هِيَ الَّتِى يُشْتَرَطُ عَلَى بَاذِلِهَا الْحُكْمُ بِغَيْرِ
الْحَقِّ اَوِ الإِمْتِنَاعِ عَنِ الْحُكْمِ بِالْحَقِّ وَالْهَدِيَّةُ هِىَ
الْعَطِيَّةُ الْمُطْلَقَةُ وَالثَّانِي قَالَ الْمُصَنِّفُ فِى الإِحْيَاءِ
الْمَالُ إِمَّا أَنْ يُبْذَلَ لِغَرْضٍ آجِلٍ فَهُوَ قُرْبَةٌ وَصَدَقَةٌ وَإِنْ
كَانَ لِغَرْضٍ عَاجِلٍ فَهُوِ إِمَّا مَالٌ فَهُوَ هِبَّةٌ بِشَرْطِ الثَّوَابِ
أَوْ تَوَقُّعِ ثَوَابٍ أَوْ عَمَلٍ فَإِنْ كَانَ ذَلِكَ الْعَمَلُ حَرَامًا أَوْ
وَاجِبًا مُتَعَيِّنًا فَهُوَ رِشْوَةٌ وَإِنْ كَانَ مُبَاحًا فَإِجَارَةٌ أَوْ
جُعَالَةٌ وَأَمَّا التَّقَرُّبُ وَالتَّوَدُّدُ إِلَى الْهَدِيَّةِ إِلَيْهِ
وَذَلِكَ إِمَّا أَنْ يَطْلُبَ لِنَفْسِهِ فَهُوَ هَدِيَّةٌ أَوْ يَتَوَسَّلً
بِجَاهِهِ إِلَى أَغْرِاضٍ وَمَقَاصِدَ فَإِنْ كَانَ جَاهُهُ الْعِلْمَ أَوْ
بِالنَّسَبِ فَهُوَ هَدِيَّةٌ وَإِنْ كَانَ بِالْقَضَاءِ وَالْعَمَلِ فَهُوَ
رِشْوَةٌ وَاللهُ أَعْلَمُ اهـ
&
إتحاد السادة المتقين الجزء 6 صحـ : 160-161
وَعِبَارَةُ السُّبْكِي فِى
فَصْلِ الْمَقَالِ وَإِنْ كَانَ جَاهُهُ وِلايَةً وَلَمْ يَقْصِدْ حُكْمًا مِنْهُ
وَإِنَّمَا قَصْدُهُ إِسْتِمَالَةُ قَلْبِهِ عَصَي أَنْ يَنْتَفِعَ بِهٍ وَفِى
مُهَمَّاتِهِ وَيَنَالُ بِمَحَبَّتِهِ خَيْرًا فَهَذَا مَحَلُ التَّرَدُّدِ
يَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ أَنَّهُ هَدِيَّةٌ لِكَوْنِهِ لَيْسَ لَهُ غَرْضٌ خَاصٌّ
وَيَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ هُوَ رِشْوَةٌ لِكَوْنِ الْمُهْدَى إِلَيْهِ فِى
مَظِنَّةِ الْحُكْمِ فَاسْتَدَلَّ الْغَزَالِى بِحَدِيْثِ ابْنِ اللتبية عَلَى
التَّحْرِيْمِ وَيَكُوْنُ هَذَا وَإِنْ كَانَ الْقَصْدُ إِسْتِمَالَةُ الْقَلْبِ
مِنْ قَصْدٍ خَاصٍّ خَرَجَ مِنْ قِسْمِ الْهَدِيَّةِ وَدَخَلَ فِى قِسْمِ
الرِّشْوَةِ بِالْحَدِيْثِ وَالَّذِي أَقًوْلُهُ أَنَّ هَذَا قِسْمٌ مُتَوَسِّطٌ
بَيْنَ الْهَدِيَّةِ وَالرِّشْوَةِ صُوْرَةٌ حُكْمًا وَإِنَّ حُكْمَهُ أَنْ
يُجَوِّزَ الْقَبُوْلَ وَيَوْضَعُ فِى بَيِتْ الْمَالِ وَحُكْمُ مَا سِوَاهُ مِنَ
الْهَدَايَا يُؤْخَذُ وَيَتَمَلَّكُهُ الْمُهْدَى لَهُ وَحُكْمُ الرِّشْوَةِ أَنْ
لا يَأْخَذَ بَلْ يَرَدُّ صَاحِبَهَا وَإِنَّمَا صَارَ حُكْمُ الْقِسْمِ
الْمُتَوَسِّطِ هَكَذَا بِالْحَدِيْثِ وَسَرَاهُ أَنَّهُ بِالنِّسْبَةِ إِلَى
صُوْرَتِهِ جَازَ الأَخْذُ لأَغْرَاضِ الْمُعْطِى عَنْهُ وَعُدَّ تَعَلُّقُ
قَصْدِهِ بِعِوَضٍ خَاصٍّ وَبِالنِّسْبَةِ إِلَى مَعْنَاهُ وَأَنَّ الْمُعْطَى
لَهُ نَائِبٌ عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ جُعِلَتْ لِلْمُسْلِمِيْنَ بِأَنْ كَانَ
وَلِيًا عِامِلًا أَوْ قِاضِيًا وَإِنْ كَانَ عَامِلَ الصَّدَقَةِ جُعِلَتْ فِى
الصَّدَقَاتِ الَّذِي هُوَ نَائِبٌ عَنْ أَصْحَابِهَا فَإِنْ قُلْتُ فَإِذَا كَانَ
الْمُهْدَي إِلَيْهِ غَيْرَ حَاكِمٌ قُلْتُ إِنْ كَانَ نَائِبُهُ أَوْ حَاجِيْهِ
أَوْ مِنْ نَدْبِهِ وَوَلاهُ إِتِّصَالُ الْأُمُوْرِ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ فَهُوَ
مِثْلُهُ وَعَلَى الْجُمْلَةِ كُلُّ مَنْ تَوَلَى وِلايَةً يَتَعَيَّنُ عَلَيِهِ
ذَلِكَ الْفِعْلُ فِيْهَا أَوْ يَجِبُ وَإِنْ لَمْ يَتَعَيَّنْ كَمَا إِذَا كَانَ
إِثْنَانِ فِى وَظِيْفَةٍ يُحْرَمُ عَلَى كُلٍّ مِنْهُمَا أَنْ يَأْخَذَ عَلَى
شُغْلٍ مِمَّا يَجِبُ أَوْ يُحْرَمُ فَإِنْ قُلْتُ فَإِنْ كَانَ مِمَّا لايَجِبُ
وَلا يَحْرُمُ بَلْ يَجُوْزُ هَلْ يَجُوْزُ الأَخْذُ عَلَيْهِ قُلْتُ هَذَا فِى
حَقِّ الْمُتَوَلِّى عَزِيْزٌ فَإِنَّهُ يَجِبُ عَلَيْهِ رِعَايَةُ الْمَصَالِحِ
فَمَتَى ظَهَرَتْ مَصْلَحَةٌ فِى شَيْئٍ وَجَبَ وَمَتَى ظَهَرَ خِلافُهَا حَرُمَ
وَمَتَى أَشْكَلَ وَجَبَ النَّظْرُ فَأَيْنَ يُوْجَدُ فِى فِعْلِ الْقَاضِي
وَنَحْوِهِ مِمَّنْ يَلِى أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ مِمَّا يَتَخَيَّرُ بَيْنَ
فِعْلِهِ وَتَرْكِهِ عَلَى سَبِيْلِ التَّشَهِّي وَإِنْ فَرَّضَ ذَلِكَ فَيَحْرُمُ
الأَخْذُ عَلَيْهِ أَيْضًا لأَنَّهُ نَائِبٌ عَنِ اللهِ تَعَالَى فِى ذَلِكَ
الْفِعْلِ فَكَمَا لا يَأْخُذُ عَلَى حِلِّهِ لا يَأْخُذُ عَلَى فِعْلِهِ
وَأَعْنِى بِهَذَا مَا يَتَصَرَّفُ فِيْهِ الْقَاضِي غَيْرِ الأَحْكَامِ مِنَ
التَّوْلِيَّةِ وَنَحْوِهَا فََلا يَجُوْزُ اَنْ يَأْخُذَا مِنْ أَحَدٍ شَيْأً
عَلَى أَنْ يُوَلِّيَهُ نِيَابَةَ قَضَاءٍ أَوْ مُبَاشَرَةِ وَقْفٍ أَوْمَالٍ
يَتِيْمٍ وَكَذَلِكَ لا يُجْوُزُ لَهُ أَنْ يَأْخُذَ شَيْأً عَلَى مَا يَتَعَاطَأُ
مِنَ الْعُقُوْدِ وَالْفُرُوْضِ وَالْفُسُوْخِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ هَذِهِ الأَشْيَاءُ
أَحْكَامًا بِمَعْنَى أَنَّهَا لَيْسَتْ تَنْفِيْذًا لِمَا قَامَتْ بِهِ
الْحُجَّةُ بَلْ إِنْشَاءُ تَصَرُّفَاتٍ مُبْتَدَأَةٍ وَلَكِنَّ الأَخْذَ
عَلَيْهَا يُمْتَنَعُ كَالْحُكْْمِ لأَنَّهُ نَائِبٌ فِيْهَا عَنِ اللهِ تَعَالَى
هُوَ نَائِبٌ فِى الْحُكْمِ عَنْهُ اهـ
Tags
Muamalah