ISTRI LEBIH TAAT PADA SUAMI KETIMBANG ORANG TUA
___________________
PERTANYAAN :
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya Tahlizan punya pertanyaan niii Ustadz
Kenapa istri harus lebih taat pada suami daripada taat pada orang tua, jika meninggal suaminya tidak ridho, maka pintu surga belum dibuka sebelum suami ridho.
Mohon penjelasaanya ustdz... Salam Dari Saya Tahlizan....
___________________
JAWABAN :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Sahabatku Tahlizan
Bagi seorang wanita yang belum menikah maka orang tua lebih berhak untuk ditaati. Namun ketika ia telah menikah maka taat kepada suami merupakan kewajiban yang lebih diutamakan melebihi orang tuanya. Ketaatan yang dimaksud di sini tentu saja bukan hal yang berhubungan dengan perkara maksiat. Sebagaimana sabda Nabi:
لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق
“Tidak ada kewajiban taat kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al Khaliq (Maha Pencipta). (HR. Bukhari no. 6830, Muslim no. 1840 dan Nasai no. 4205).
Apabila ketaatakan kepada suami berseberangan dengan ketaatan kepada orang tua, maka bagi seorang wanita (istri) muslimah wajib mendahulukan ketaatan kepada suaminya. Imam Ahmad berkata tentang wanita yang memiliki suami dan seorang ibu yang sedang sakit: “Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya”.
Seorang wanita tidak boleh mentaati kedua orang tuanya untuk berpisah dengan suaminya, tidak pula mengunjunginya dan semisalnya. Bahkan ketaatan kepada suaminya lebih wajib.
Kewajiban seorang istri untuk mentaati suaminya sangat tegas dinyatakan dalam agama Islam. Hal ini tertuang dalam sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
عن أبي هريرة، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya”. (HR. Tirmidzi no. 1159).
___________________
Referensi:
1. Syarh Muntaha al Iradat juz 3 hal. 47
و) للزوج (منع كل منهن) أي: من زوجاته (من الخروج) من منزله إلى ما لها منه بد ولو لزيارة والديها أو عيادتهما، أو شهود جنازة أحدهما قال أحمد في امرأة لها زوج وأم مريضة: طاعة زوجها أوجب عليها من أمها إلا أن يأذن لها (ويحرم) خروج زوجة (بلا إذن أو) بلا (ضرورة) كإتيان بنحو مأكل لعدم من يأتيها به لحديث أنس: ” «أن رجلا سافر، ومنع زوجته الخروج فمرض أبوها فاستأذنت رسول الله صلى الله عليه وسلم في حضور جنازته فقال لها: اتقي الله ولا تخالفي زوجك. فأوحى الله إلى النبي صلى الله عليه وسلم إني قد غفرت له بطاعتها زوجها» ” رواه ابن بطة في أحكام النساء، وحيث خرجت بلا إذنه بلا ضرورة (فلا نفقة) لها ما دامت خارجة عن منزله إن لم تكن حاملا لنشوزها (، وسن إذنه) أي: الزوج لزوجته في خروج (إذا مرض محرم لها) لتعوده (أو مات) محرمها لتشهده لما فيه من صلة الرحم وعدم إذنه يحمل الزوجة على مخالفته وقد أمره الله تعالى بالمعاشرة بالمعروف وليس هذا منها
1. Al Inshaf juz 8 hal. 362
لا يلزمها طاعة أبويها في فراق زوجها، ولا زيارة ونحوها. بل طاعة زوجها أحق
3. Tuhfah al Ahwadziy juz 4 hal. 271
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
___________________
1. Syarh Muntaha al Iradat Jilid 3 halaman 47
Suami memiliki hak untuk melarang setiap istrinya keluar dari rumah, baik untuk mengunjungi orang tuanya, menjenguk mereka, atau menghadiri pemakaman salah satu dari mereka. Imam Ahmad berkata bahwa seorang istri yang memiliki suami dan ibu yang sakit: taat kepada suaminya lebih wajib daripada kepada ibunya kecuali jika suaminya mengizinkannya. Dilarang bagi seorang istri keluar tanpa izin atau tanpa kebutuhan mendesak seperti mencari makanan ketika tidak ada yang dapat melakukannya untuknya, berdasarkan hadits dari Anas: “Bahwa seorang pria bepergian dan melarang istrinya keluar rumah, kemudian ayahnya sakit, dan dia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menghadiri pemakaman ayahnya. Rasulullah berkata, 'Bertakwalah kepada Allah dan jangan melanggar perintah suamimu.' Maka Allah mewahyukan kepada Nabi SAW bahwa Dia telah mengampuni wanita tersebut karena ketaatannya kepada suaminya.” Diriwayatkan oleh Ibnu Bata dalam Ahkam An-Nisa. Jika seorang istri keluar tanpa izin atau tanpa kebutuhan mendesak, maka tidak ada nafkah baginya selama dia berada di luar rumah suaminya, kecuali jika dia sedang hamil karena pembangkangannya. Disunnahkan bagi suami untuk mengizinkan istrinya keluar jika ada kerabat yang sakit untuk menjenguknya, atau jika kerabatnya meninggal untuk menyaksikannya, karena hal ini termasuk dalam menjalin silaturahmi, dan larangan suami dalam hal ini dapat mendorong istri melanggar perintahnya. Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik dalam hubungan suami istri, dan hal ini tidak termasuk dalam perbuatan baik.
---
2. Al Inshaf Jilid 8 halaman 362
Seorang istri tidak wajib mematuhi orang tuanya dalam meninggalkan suaminya, mengunjungi mereka, atau hal lainnya. Tetapi, ketaatan kepada suami lebih diutamakan.
---
3. Tuhfah al Ahwadziy Jilid 4 halaman 271
“Jika saya diperintahkan seorang wanita untuk bersujud kepada seseorang, saya akan memerintahkan wanita tersebut untuk bersujud kepada suaminya.”
………………………………………
قوله (لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها) أي لكثرة حقوقه عليها وعجزها عن القيام بشكرها وفي هذا غاية المبالغة لوجوب إطاعة المرأة في حق زوجها فإن السجدة لا تحل لغير الله
4. Fathul Bari li Ibni Hajar juz 10 hal. 401
وأشار بن بطال إلى أن الترتيب حيث لا يمكن إيصال البر دفعة واحدة وهو واضح وجاء ما يدل على تقديم الأم في البر مطلقا وهو ما أخرجه أحمد والنسائي وصححه الحاكم من حديث عائشة سألت النبي صلى الله عليه وسلم أي الناس أعظم حقا على المرأة قال زوجها قلت فعلى الرجل قال أمه ويؤيد تقديم الأم حديث عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده أن امرأة قالت يا رسول الله إن ابني هذا كان بطني له وعاء وثديي له سقاء وحجري له حواء وإن أباه طلقني وأراد أن ينزعه مني فقال أنت أحق به ما لم تنكحي كذا أخرجه الحاكم وأبو داود
5. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah juz 19 hal. 109-110
وللزوج منع زوجته من الخروج من منزله إلى ما لها منه بد، سواء أرادت زيارة والديها أو عيادتهما أو حضور جنازة أحدهما. قال أحمد في امرأة لها زوج وأم مريضة: طاعة زوجها أوجب عليها من أمها إلا أن يأذن لها، وقد روى ابن بطة في أحكام النساء عن أنس أن رجلا سافر ومنع زوجته من الخروج فمرض أبوها، فاستأذنت رسول الله صلى الله عليه وسلم في عيادة أبيها فقال لها رسول الله صلى الله عليه وسلم اتقي الله ولا تخالفي زوجك فأوحى الله إلى النبي صلى الله عليه وسلم: إني قد غفرت لها بطاعة زوجها ولأن طاعة الزوج واجبة، والعيادة غير واجبة فلا يجوز ترك الواجب لما ليس بواجب. ولا ينبغي للزوج منع زوجته من عيادة والديها، وزيارتهما لأن في منعها من ذلك قطيعة لهما، وحملا لزوجته على مخالفته، وقد أمر الله تعالى بالمعاشرة بالمعروف، وليس هذا من المعاشرة بالمعروف
والله أعلم بالصواب
___________________
1. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari Jilid 10 halaman 401
“Jika saya diperintahkan seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya”, ini menunjukkan banyaknya hak suami terhadap istrinya dan ketidakmampuan istri untuk memenuhi semua hak tersebut. Ini adalah bentuk ungkapan sangat tegas untuk menunjukkan kewajiban istri mematuhi suami, karena sujud hanya boleh dilakukan kepada Allah.
---
2. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah Jilid 19 halaman 109-110
Ibnu Batal menunjukkan bahwa urutan dilakukan apabila tidak mungkin mengirimkan penghormatan sekaligus. Dan terdapat bukti yang menunjukkan pengutamaan ibu dalam berbakti, seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa'i serta disahihkan oleh Hakim dari hadits Aisyah, bahwa dia bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Siapakah yang memiliki hak paling besar atas seorang wanita?" Nabi menjawab, "Suaminya". Saya (Aisyah) bertanya lagi, "Bagaimana dengan laki-laki?" Nabi menjawab, "Ibunya". Hadits ini mendukung pengutamaan ibu.
Selain itu, hadits dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa seorang wanita berkata, "Ya Rasulullah, anakku ini adalah kandunganku, air susuku adalah minumannya, dan pangkuanku adalah tempatnya. Namun ayahnya menceraikanku dan ingin mengambil anak ini dariku." Maka Nabi berkata, "Kamu lebih berhak atasnya selama kamu belum menikah lagi." (Diriwayatkan oleh Hakim dan Abu Daud).
---
3. Tentang Kewajiban Istri Mematuhi Suami
Suami berhak melarang istrinya keluar rumah, baik untuk mengunjungi orang tuanya, menjenguk mereka, ataupun menghadiri pemakaman mereka. Imam Ahmad berkata bahwa seorang istri yang memiliki suami dan ibu yang sakit: taat kepada suaminya lebih wajib daripada kepada ibunya kecuali jika suaminya mengizinkannya. Ibnu Bata dalam Ahkam An-Nisa meriwayatkan dari Anas bahwa seorang pria pergi dalam perjalanan dan melarang istrinya keluar rumah. Ketika ayahnya sakit, dia meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menjenguk ayahnya, dan Rasulullah berkata, "Bertakwalah kepada Allah dan jangan melanggar perintah suamimu." Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi SAW bahwa Dia telah mengampuni wanita tersebut karena ketaatannya kepada suaminya. Karena ketaatan kepada suami adalah wajib, sedangkan menjenguk orang tua tidak wajib, maka tidak diperbolehkan meninggalkan kewajiban untuk sesuatu yang tidak wajib. Namun, suami seharusnya tidak melarang istrinya menjenguk orang tuanya atau mengunjungi mereka, karena hal itu dapat memutus hubungan silaturahmi dan mendorong istri untuk melanggar perintah suami. Allah telah memerintahkan untuk berbuat baik dalam hubungan suami istri, dan hal ini tidak termasuk dalam perbuatan baik.
و الله أعلم بالصواب
___________________
4 Maret 2025 / Tegal