HUKUM TALAK DALAM KONDISI HAMIL
__________________
Pertanyaan
As’salamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Deskripsi masalah.
Diantara tujuan pernikahan secara umum adalah untuk memenuhi hajat manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam upanyà mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama. Ada sepasang suami istri yang baru menikah kelihatannya mulai dari awal mereka rukun dan bahagia dan ketika mencapai 5 bulan dari pernikahannya istrinya hamil, namun sayangnya kebahagian itu tidaklah begitu lama karena diantara suami istri selingkuh sehingga mengakibatkan pertengkaran diantara keduanya samapai ada ungkapan cerai dalam kondisi Istrinya hamil.
Pertanyaannya.
Bagaimana hukumnya suami mentalak istrinya dalam kondisi hamil..?
JAWABAN :
Terjadi khilaf dalam masalah menceraikan wanita hamil, mayoritas ulama berpendapat boleh menthalaq wanita hamil yang sudah jelas kehamilannya. Sebagian ulama menyatakan menthalaq wanita hamil adalah haram dan ada juga yang berpendapat menthalaq wanita hamil hukumnya makruh.
Referensi:
– Tuhfatul Muhtaaj & Nihayatul Muhtaaj :
( و ) يحل ( طلاق من ظهر حملها )
Ada riwayat dari ibnu umar bahwasannya dia mencerai istrinya yang lagi haid, lalu umar bercerita pada nabi,lalu nabi bersabda : kembalilah padanya dan cerailah saat dia dalam keadaan suci atau keadaan hamil.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ أَخْبَرَنِى مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ الْحُسَيْنِ بْنِ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ أَبِى الأَحْوَصِ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ ح وَأَخْبَرَنَا عَلِىُّ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ عَبْدَانَ أَخْبَرَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا الْحَضْرَمِىُّ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ قَالاَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى أَبِى طَلْحَةَ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهِىَ حَائِضٌ فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ :« مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لِيُطَلِّقْهَا طَاهِرًا أَوْ حَامِلاً ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ أَبِى شَيْبَةَ السنن الكبرى للبيهقي وفي ذيله الجوهر النقي (7/ 325
Imam Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya (4/181, maktabah syamilah) :
وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ – وَاللَّفْظُ لأَبِى بَكْرٍ – قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَوْلَى آلِ طَلْحَةَ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ وَهْىَ حَائِضٌ فَذَكَرَ ذَلِكَ عُمَرُ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا ثُمَّ لْيُطَلِّقْهَا طَاهِرًا أَوْ حَامِلاً ».
Dan telah menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Abu Syaibah, dan Zuhair bin Harb, dan Ibnu Numair, lafazhnya kepunyaan Abu Bakar, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Waki’ dan Sufyan, dari Muhammad bin Abdurrahman Maula Alu Thalhah, dari Salim, dari Ibnu Umar, Sesungguhnya dia (Ibnu Umar) menthalaq isterinya dalam keadaan haid, maka Umar menuturkan hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasalllam. Maka beliau bersabda: “Perintahlah dia untuk merujuk isterinya, kemudian hendaklah dia menthalaqnya dalam keadaan suci atau hamil.”
Penjelasan hadits ini ada dalam syarah Imam Nawawi (10/65, maktabah syamilah
:
قوله صلى الله عليه و سلم ( ثم ليطلقها طاهرا أو حاملا ) فيه دلالة لجواز طلاق الحامل التي تبين حملها وهو مذهب الشافعي قال بن المنذر وبه قال أكثر العلماء منهم طاوس والحسن وبن سيرين وربيعة وحماد بن أبي سليمان ومالك وأحمد وإسحاق وأبو ثور وأبو عبيد قال بن المنذر وبه أقول وبه قال بعض المالكية وقال بعضهم هو حرام وحكى بن المنذر رواية أخرى عن الحسن أنه قال طلاق الحامل مكروه
Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam TSUMMAL YUTHALLIQHAA THAAHIRAN AU HAAMILAN. “Kemudian hendaklah dia menthalaqnya dalam keadaan suci atau hamil”.
Dalam sabda tersebut menunjukkan bolehnya menthalaq wanita hamil yang sudah jelas kehamilannya, Dan itu adalah madzhab Syafi’i. Ibnu Mundzir berkata: Dengan pendapat ini, berkata mayoritas ulama’, diantaranya Imam Thawus, al Hasan, Ibnu Sirin, Rabii’ah, Hammaad bin Abu Sulaiman, Malik, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Ibnul Mundzir berkata: Aku berpendapat dengan pendapat tersebut, dan dengan pendapat itu berkata sebagian ulama’ malikiyyah. Sebagian ulama mengatakan: menthalaq wanita hamil adalah haram. Ibnul Mundzir meriwayatkan riwayat yang lain dari al Hasan, bahwasanya dia berkata: Menthalaq wanita hamil hukumnya makruh.
___________________
15 Febuari 2025