Rambu-rambu saat taqlid madzhab Maliki

 


Kereta Imam malik bagi penumpang madzhab syafiiyah
 
Pertama-tama Pemahaman tentang hukum taqlid kpd selain madzhab yg di ikuti 

(تنبيه) كل من الأئمة الأربعة على الصواب ويجب تقليد واحد منهم، ومن قلد واحدا منهم خرج عن عهدة التكليف، وعلى المقلد اعتقاد أرجحية مذهبه أو مساواته، ولا يجوز تقليد غيرهم في إفتاء أو قضاء.
قال ابن حجر، ولا يجوز العمل بالضعيف بالمذهب، ويمتنع التلفيق في مسألة، كأن قلد مالكا في طهارة الكلب والشافعي في مسح بعض الرأس في صلاة واحدة، *وأما في مسألة بتمامها بجميع معتبراتها فيجوز، ولو بعد العمل*، كأن أدى عبادته صحيحة عند بعض الأئمة دون غيره، فله تقليده فيها حتى لا يلزمه قضاؤها.
[البكري الدمياطي، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين، ٢٥/١]

Rambu-rambu yang perlu diperhatikan saat taqlid niat madzhab malik. 

Sebelumnya telah dishare tentang PROBLEMATIKA NIAT PUASA SEBULAN PENUH
Juga tentang hukum TALFIQ dan TAQLID di blogger ini.
____________

Kita tahu bersama, bahwa diawal romadhon pada malam pertama disunnahkan bagi kita yang bermadzhab syafi’i untuk taqlid (mengikuti) madzhab malik dalam masalah niat selama sebulan penuh, karena menurut madzhab syafi’i niat puasa fardhu seperti puasa romadhon adalah wajib diniatkan dimalam hari pada setiap harinya, berbeda dengan madzhab malik yang mengatakan sah diniatkan di malam pertama bulan romadhon untuk sebulan penuh.

Kesunnahan taqlid ini ulama’ menjelaskan karena ada dua faidah :

1. Seandainya ia meninggal di pertengahan bulan romadhon, maka ia akan diganjar pahala selama sebulan penuh.

2. Jika ia lupa niat di pertengahan bulan romadhon pada malam harinya, maka puasanya akan tetap sah menurut madzhab malik, karena ia sudah taqlid di awal. (Namun tetap wajib qodho’ menurut madzhab syafi’i).

Namun, ketika kita sudah taqlid madzhab malik di awal romadhon, maka ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan.

Yaitu dalam madzhab malik, ada 3 Hal dimana jika ini dilakukan, maka akan merusak puasanya (puasanya batal), wajib qodho dan wajib membayar kaffaroh.

3 Hal tersebut adalah :

‎1). الجماع عمدا
(bersetubuh dengan sengaja)

Sebenarnya menurut jumhur fuqoha’ (bukan cuma madzhab malik, termasuk madzhab syafi’i) mengatakan bahwa apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari bulan romadhon dengan sengaja, tanpa dipaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal, berdosa, wajib imsak (menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghrib), wajib mengqodhoi puasanya serta diwajibkan untuk membayar kaffaroh (denda).

‎2). الأكل والشرب عمدا 
(makan dan minum dengan disengaja).
Termasuk dari sesuatu yang mewajibkan untuk qodho  dan membayar kaffaroh menurut madzhab malik adalah makan dan minum dengan disengaja.

Sehingga apabila seseorang yang sedang berpuasa makan atau minum dalam keadaan sadar dan disengaja, tanpa ada paksaan, bukan karena sebab lupa maka puasanya batal, wajib untuk mengqodhoi puasanya dan wajib membayar kaffaroh.

Madzhab malik mensyaratkan dua hal dalam kewajiban kaffaroh dalam hal ini :

1. Merusak puasanya khusus dibulan romadhon (jika bulan lain maka tidak wajib kaffaroh).

2. Dalam keadaan sengaja melakukannya (bukan karena paksaan atau karena lupa).
Kewajiban kaffaroh ini karena sebab ia telah merusak kehormatan keagungan bulan romadhon dengan tanpa sebab yang diperbolehkan untuk membatalkan puasanya.

‎3). رفع النية
(mengangkat niat puasa).
Termasuk dari sesuatu yang mewajibkan kaffaroh dalam madzhab malik adalah apabila seseorang dengan sengaja mengangkat niat puasanya disiang hari bulan romadhon, seperti contoh ia mengatakan :
‎رفعت نية صومي 

“Aku angkat niat puasaku”
“sudahlah aku gamau puasa lagi”
“Aku niat mau batalin puasaku”
Dll.

Dalam kasus diatas menurut madzhab malik wajib membayar kaffaroh.

Kecuali jika ia menta’liq (mengkaitkan) pembatalan puasanya dengan sesuatu, maka tidak membatalkan puasa dan tidak wajib qodho dan kaffaroh.

Contoh :
Seseorang yang mual-mual disiang hari bulan romadhon, kemudian ia mengatakan “jika aku muntah maka aku mau batalin puasaku, jika tidak ya aku lanjut puasa”.

Apa itu kaffaroh?
Kaffaroh adalah :
1. Membebaskan budak islam.
2. Jika tidak mampu, Wajib berpuasa 2 bulan berturut-turut.
3. Jika tidak mampu, maka wajib memberi makanan pada 60 orang miskin masing-masing berupa 1 mud (7 ons) dari makanan pokok (seperti beras).

Khusus di kaffaroh jima’ yang wajib membayar kaffaroh hanya bagi laki-laki (pelaku) tidak untuk perempuan.

By: Abdurrahman Bin Farid Al Mutohhar

Referensi:


حاشية تقريرات السديدة ١ ص ٤٤٠
 
لأن كل يوم عبادة مستقلة ولا تكفي نية واحدة لكل الشهر على المعتمد ولكن تسن، وفيها فائدتان : الأولى صحة صوم يوم  نسي تبييت النية فيه على مذهب الإمام مالك، والثانية أخذه الأجر كاملا لو مات قبل تمام الشهر إعتبارا بنيته. 

الموسوعة الشاملة

وُجُوبُ الْكَفَّارَةِ بِتَعَمُّدِ الإِْفْطَارِ بِالأَْكْل وَالشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا:

٢٥ - لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِي عَدَمِ وُجُوبِ الْكَفَّارَةِ عَلَى مَنْ أَكَل أَوْ شَرِبَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلاً أَوْ مُخْطِئًا.

وَإِنَّمَا الْخِلاَفُ بَيْنَهُمْ فِي وُجُوبِهَا بِتَعَمُّدِ الأَْكْل أَوِ الشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا عَلَى قَوْلَيْنِ.

*الْقَوْل الأَْوَّل: وُجُوبُ الْكَفَّارَةِ بِتَعَمُّدِ الأَْكْل وَالشُّرْبِ وَنَحْوِهِمَا فِي نَهَارِ رَمَضَانَ
وَإِلَيْهِ ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ (١) ، وَالْمَالِكِيَّةُ (٢) ، وَبِهِ قَال عَطَاءٌ وَالْحَسَنُ وَالزُّهْرِيُّ وَالثَّوْرِيُّ وَالأَْوْزَاعِيُّ وَإِسْحَاقُ وَأَبُو ثَوْرٍ (٣) .

وَاسْتَدَلُّوا بِمَا رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ فَأَمَرَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنْ يُعْتِقَ رَقَبَةً (٤) .

وَبِمَا رُوِيَ مِنْ قَوْل الرَّسُول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ مُتَعَمِّدًا فَعَلَيْهِ مَا عَلَى الْمُظَاهِرِ


الموسوعة الشاملة


وَمِمَّا يُوجِبُ الْكَفَّارَةَ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ، مَا لَوْ تَعَمَّدَ رَفْعَ النِّيَّةِ 

نَهَارًا، كَأَنْ يَقُول - وَهُوَ صَائِمٌ: رَفَعْتُ نِيَّةَ صَوْمِي، أَوْ يَقُول رَفَعْتُ نِيَّتِي.

وَأَوْلَى مِنْ ذَلِكَ، رَفْعُ النِّيَّةِ فِي اللَّيْل، كَأَنْ يَكُونَ غَيْرَ نَاوٍ لِلصَّوْمِ، لأَِنَّهُ رَفَعَهَا فِي مَحِلِّهَا فَلَمْ تَقَعِ النِّيَّةُ فِي مَحِلِّهَا.

وَكَذَلِكَ تَجِبُ الْكَفَّارَةُ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ بِالإِْصْبَاحِ بِنِيَّةِ الْفِطْرِ، وَلَوْ نَوَى الصِّيَامَ بَعْدَهُ، عَلَى الأَْصَحِّ كَمَا يَقُول ابْنُ جُزَيٍّ.

أَمَّا إِنْ عَلَّقَ الْفِطْرَ عَلَى شَيْءٍ، كَأَنْ يَقُول: إِنْ وَجَدْتُ طَعَامًا أَكَلْتُ فَلَمْ يَجِدْهُ، أَوْ وَجَدَهُ وَلَمْ يُفْطِرْ فَلاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ


التعليق الممجد على موطأ محمد ٢/‏١٧٣ — أبو الحسنات اللكنوي (ت ١٣٠٤)

وقال مالك وأبو حنيفة وطائفة: عليه الكفارة بتعمُّد أكل وشرب ونحوهما أيضًا، لأن الصوم شرعًا الامتناع عن الأكل والجماع فإذا ثبت في وجه من ذلك شيء ثبت في نظيره (والجامع بينهما انتهاك حرمة الشهر بما يفسد الصوم عمدًا. انظر أوجز المسالك ٥/‏٦٦) 

Posting Komentar

Harap berkomentar yang bisa mendidik dan menambah ilmu kepada kami

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler