HUKUM AIR BAK TERPERCIK AIR MUSTA'MAL


HUKUM AIR BAK TERPERCIK AIR MUSTA'MAL


🔄 Pertanyaan :

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Izin bertanya, kalau saat mandi junub atau saat wudhu ada air yang jatuh ke bak mandi apakah air yang di bak itu menjadi musta'mal?

➡️ Jawaban :

Wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh.

Air musta'mal yang jatuh ke dalam bak tidak akan merubah kesucian air yang ada didalam bak, serta air tersebut tetap tergolong sebagai air yang mensucikan jika air musta'mal yang jatuh itu tidak sampai merubah sifat air yang ada didalam bak. Tapi jika sampai merubah sifat air yang ada didalam bak semisal merubah warnanya, maka air didalam bak yang terpercik air musta'mal tersebut menjadi tidak mensucikan lagi.

📚 Referensi :

(فرع) إذا اختلط بالماء الكثير أو القليل مائع يوافقه في الصفات كماء الورد المنقطع الرائحة وماء الشجر والماء المستعمل فوجهان أصحهما إن كان المائع قدرا لو خالف الماء في طعم أو لون أو ريح لتغير التغير المؤثر يسلب الطهورية وإن كان لا يؤثر مع تقدير المخالفة لم يسلب

“(Cabang), jika ada air lain yang bercampur dengan air banyak atau air sedikit (yang dipakai untuk bersuci) yang mana air yang mencampurinya itu menyamai air tersebut dalam sifat-sifatnya, seperti halnya air bunga yang sudah tidak berbau, air pohon atau air musta'mal, maka didalam hal ini ada dua pendapat. Adapun pendapat yang paling shohih adalah jika air yang mencampurinya itu punya kesamaan yang seandainya berbeda dengan air (mutlak) dalam hal rasa, warna dan baunya, maka air tersebut akan berubah dengan perubahan yang mempengaruhinya. Jika demikian, maka air yang mencampuri tersebut akan menghilangkan sifat kesucian air (yang tercampuri). Tapi jika tidak sampai mempengaruhi dengan memperkirakan adanya perbedaan sifat-sifat tersebut, maka air yang mencampurinya itu tidak akan menghilangkan sifat kesucian (air yang tercampuri)”

📕 (Roudhotut Tholibin jilid 1, hlm. 3)

📚 Tambahan referensi :

والثاني إن كان المائع أقل من الماء لم يسلب وإن كان أكثر منه أو مثله سلب وحيث لم يسلب فالصحيح أنه يستعمل الجميع

“Yang kedua, jika kadar air yang mempunyai sifat sama dengan air mutlak tersebut lebih sedikit, maka hal itu tidak akan menghilangkan sifat kesucian (air yang tercampurinya). Namun jika kadarnya lebih banyak atau menyamai air mutlak yang tercampuri, maka hal itu akan menghilangkan sifat kesucian (air yang tercampurinya). Namun disaat campurannya itu tidak menghilangkan sifat kesuciannya, maka menurut pendapat yang shohih keseluruhan airnya tetap dapat digunakan (untuk bersuci)”

📕 (Roudhotut Tholibin jilid 1, hlm. 3)

📚 Tambahan referensi :

ويعفى عن يسير الماء المستعمل الواقع في الماء لأن النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه كانوا يتوضؤون من الأقداح، ويغتسلون من الجفان واغتسل النبي وعائشة من إناء واحد تختلف أيديهما فيه، كل واحد منهما يقول لصاحبه أبق لي، ومثل هذا لا يسلم من رشاش يقع في الماء. فإن كثر الواقع وتفاحش لم تجز الطهارة به على الرواية الراجحة وهو مذهب الشافعية أيضا

“Dan dima'fu sedikitnya air musta'mal yang terpercik ke dalam air (yang biasa dipakai untuk bersuci). Sebab nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya sering berwudhu dengan air dari gelas dan mandi dengan air dari mangkuk besar. Dan nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama istrinya yakni Aisyah sering mandi bersama dalam satu wadah air, kemudian tangan keduanya saling bergantian didalamnya dan saling mengatakan : Tuangkan airnya untukku. Nah yang semisal ini tentu tidak akan terselamatkan dari percikan-percikan air (yang sudah dipakai untuk bersuci tersebut). Hanya saja jika percikan air yang jatuh itu banyak dan sampai merubah keruh (air yang dipakai untuk bersuci tersebut), maka airnya menjadi tidak bisa dipakai lagi untuk bersuci menurut pendapat yang rojih, pendapat ini juga merupakan pendapat madzhab Syafi'i”

📕 (Majmu' Syarah Muhadzdzab jilid 1, hlm. 151)

والله أعلم بالصواب

📎 Telegram : https://t.me/mengkajifiqih

Posting Komentar

Harap berkomentar yang bisa mendidik dan menambah ilmu kepada kami

Lebih baru Lebih lama

Tag Terpopuler