MAKNA ALLAH TERTAWA
🔄 Pertanyaan :
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Banyak tuh kan di dalam hadis yg menyebutkan Allah tertawa, sebenarnya tertawanya Allah itu bagaimana? 🙏
➡️ Jawaban :
Wa'alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh.
Hakikat Allah tertawa kita serahkan maknanya kepada Allah, dan kita cukup mengimaninya saja, inilah tafwidh. Karena kita tidak mengetahui makna hakikinya kecuali Allah sendiri. Adapun makna majazinya adalah meridhoi atau merahmati, dan inilah yang disebut takwil. Karena tertawa itu identik dengan perasaan senang, maka perasaan senangnya Allah merupakan simbolis atau perwujudan terkait keridhoannya kepada para hambanya.
📚 Keterangan :
قوله: فلا يزال يدعو الله تعالى حتى يضحك الله تعالى منه، قال العلماء: ضحك الله تعالى منه هو رضاه بفعل عبده ومحبته إياه وإظهار نعمته عليه وإيجابها عليه
“Sabda nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Dia terus berdoa kepada Allah sampai membuat Allah tertawa karenanya. Para ulama mengatakan : (Makna) Allah tertawa adalah Allah meridhoi perbuatan hambanya dan memberikan kecintaan kepadanya. Dan hal itu merupakan perwujudan atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya serta perwujudan atas pengabulan (doanya) tersebut”
📕 (Al-Minhaj Syarah Shohih Muslim jilid 3, hlm. 394)
📚 Tambahan keterangan :
وأما قوله: يضحك الله فمعناه يرحم عبده عند ذاك، ويتلقاها بالروح والراحة والرحمة والرأفة وهذا مجاز مفهوم
“Sabda nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Allah tertawa, maka maknanya adalah Allah merahmati hambanya pada saat itu dan menerimanya dengan ketenangan, kedamaian, rahmat dan kasih sayang. Inilah yang disebut dengan majaz mafhum”
📕 (At-Tamhid jilid 18, hlm. 345)
📚 Tambahan keterangan :
باب ذكر إثبات ضحك ربنا عز و جل بلا صفة تصف ضحكه جل ثناؤه لا ولا يشبه ضحكه بضحك المخلوقين وضحكهم كذلك بل نؤمن بأنه يضحك كما أعلم النبي ونسكت عن صفة ضحكه جل وعلا إذ الله عز و جل استأثر بصفة ضحكة لم يطلعنا على ذلك فنحن قائلون بما قال النبي مصدقون بذلك بقلوبنا منصتون عما لم يبين لنا مما استأثر الله بعلمه
“Bab penyebutan terkait tetapnya robb kita Azza wa Jalla tertawa. (Yaitu) tanpa sifat yang mensifatkan tertawanya Allah, tanpa menyerupakan tertawanya Allah dengan tertawanya makhluk. Akan tetapi kita beriman bahwa Allah tertawa sebagaimana yang diberitahukan oleh nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan kami diam (tidak membahasnya) terkait tertawanya Allah karena memang Allah sendiri tidak memberitahukannya kepada kami terkait kaifiyah (atau caranya). Dan kami hanyalah mengatakan apa-apa yang dikatakan oleh nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu membenarkannya dengan hati kami serta diam terhadap apa-apa yang tidak dijelaskan kepada kami diantara hal-hal yang hanya diketahui oleh Allah dengan ilmunya”
📕 (At-Tauhid jilid 2, hlm. 563)
والله أعلم بالصواب
📎 Telegram : https://t.me/mengkajifiqih